Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Cagub Pengaruhi Keputusan Pemilih? Jadilah Pemilih Cerdas

13 Januari 2017   13:35 Diperbarui: 13 Januari 2017   13:39 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malam ini (13/1) di sejumlah stasiun televisi swasta akan ditayangkan sebuah acara yang mempertemuan tiga pasang Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta yang akan menjadi pilihan warga kota metropolitan ini pada Pemilihan Kepala Daerah, Februari mendatang. Acara yang digadang-gadang akan berlangsung sangat menarik ini dikemas dalam balutan acara Debat Cagub, namun semoga tidak terjadi debat dalam arti harfiah ya, cukup dalam kadar diskusi saja.

Ketiga pasang Cagub DKI Jakarta ini tentu menyiapkan diri sebaik mungkin, baik penampilan secara lahiriah, dan tentunya persiapan mental yang tidak kalah pentingnya. Dalam aksinya nanti seluruh warga DKI Jakarta khususnya dan warga negara Indonesia pada umumnya akan dapat melihat dengan gamblang tentang jati diri ketiga pasangan tersebut. Mulai dari bagaimana mereka berbicara, menyampaikan pendapat, mengutarakan jawaban tandingan, hingga mengalihkan jawaban jika saja ada pertanyaan dari moderator yang tidak cukup mampu dijawabnya. Dari sini para penonton dan penikmat panggung PILKADA akan mudah memberikan penilaiannya masing-masing.

Berangkat dari pergelaran debat Cagub tersebut apakah berarti penampilan mereka akan menjadi ajang penilaian yang sesungguhnya bagi para pemilih? Bisa iya, bisa tidak. Dikatakan iya adalah jika bagi seorang pemilik Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta benar-benar ingin melihat kredibilitas para calon, maka tayangan malam nanti akan menjadi salah satu sarana pengambilan keputusan yang penting bagi mereka. 

Pemilih seperti ini adalah tipe orang yang realistis dengan memperhatikan bukti nyata apa saja yang sudah Cagub lakukan dalam dunia politik sebelumnya, dan apa yang akan ia lakukan demi kemajuan kota Jakarta. Tipe pemilih yang realistis seperti ini adalah pemilih yang tidak hanya sekadar mengandalkan hati, karena tidak sedikit partisipan dalam suatu pemilihan memilih idolanya hanya karena dasar cinta yang terlalu dalam, tanpa memperhatikan hal-hal lain yang terjadi disekitarnya yang mungkin sudah tidak bisa ditolerir lagi.

Menyambung bahasan diatas tentu saja tentang pemilih yang hanya mengandalkan hati, karena sudah suka, cinta, entah karena apanya maka dengan serta merta bahkan nyaris membabi buta ia akan memilih idolanya. Bagaimanapun dia tetap saja akan dipilih dan dielu-elukan untuk kemenanganya. Lantas bagaimana dengan tipe pemilih yang seperti ini? Berkacamata kuda, terlalu fokus, hingga sulit sekali untuk diajak membuka mata dan mencoba lebih netral terhadap sebuah pilihan.

Bisa dikatakan keberlangsungan dinamika kehidupan di Kota Jakarta pada 5 tahun kedepan cukup banyak dipengaruhi oleh kemenangan salah satu pasangan Cagub terebut. Lalu bagaimana jika kita salah pilih akibat hati yang lebih bekerja dibandingkan isi kepala yang terbuka? Berselisih paham antar pendukung lagi jawabannya, yang bisa jadi berlangsung sepanjang masa jabatannya. Tidak lelah kah terus menerus bertikai? Menghabiskan waktu di dunia sesungguhnya tidak melulu harus diisi soal hasil PILKADA.

Menjadi pemilih yang cerdas memang tidak mudah, dan panggung debat Cagub tersebut juga memang bukan satu-satunya ajang penilaian yang bisa kita ambil sebagai kesimpulan. Bukan berarti dalam acara debat Cagub suatu pasangan tidak pandai menjawab dan berargumen lantas ia tidak pantas dipilih, melainkan kita harus bisa lebih jeli lagi dalam menggabungkan seluruhan kepribadian dan track record pasangan tersebut.

Debat Cagub malam nanti yang nampaknya tidak kalah seru dengan drama korea tetap perlu kita saksikan sebagai bahan tambahan dalam melihat kredibilitas calon pemimpin DKI Jakarta. Pilihan yang sudah jatuh di hati tentu saja harus digabungkan dengan penilaian kepala agar membuahkan hasil yang tepat dan tidak salah pilih, sehingga dikemudian hari tidak ada lagi kekecewaan yang katanya merasa dikhianati oleh pemimpin yang dulu diangkat tinggi-tinggi. Selain itu agar pertikaian antar pendukung tak semakin panas dari hari ke hari, namun justru dapat mendinginkan suasana Kota Jakarta.

(dnu, ditulis sambil apa hayo??, 13 Januari 2016, 13.29 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun