Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darurat Perkosaan Anak, Semua Pihak Harus Berbenah Diri

14 Mei 2016   15:06 Diperbarui: 14 Mei 2016   15:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak tahu akhir-akhir ini banyak sekali tersiar kabar tentang perkosaan anak dibawahumur bahkan balita, yang pelakunya juga masih dibawah umur. Mulai dari kasus Yuyun, hingga kasus balita usia 2,5 tahun yang dibuang di rumah kosong usai diperkosa. Setiap yang mendengar berita ini secara otomatis dibawah alam sadar langsung saja mengucapkan sumpah serapah bagi sang pelaku,mulai dari menghujat agar dihukum kebiri hingga hukuman mati.

Lalu dengan dijatuhkannya hukuman kepada para pelaku apakah tali kejahatan seksual kepada prempuan khususnya anak-anak telah terputus dengan sempurna? Tentu saja tidak. Dan sudah pasti tidak seorangpun menginginkan hal seperti ini terulang kembali, kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk turut mencegah terjadinya pelecehan seksual yang berujung kematian?

Beberapa pihak harus segera berbenah diri menyikapi hal ini. Karena setiap dari kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk memperbaiki moral dan etika setiap manusia, mulai dari lingkungan yang terdekat hingga terjauh yang kita tidak saling kenal. Mengapa demikian? Karena takpernah ada pembatas kepada siapa kita berbuat suatu kebaikan. Siapa saja yang harus berbenah diri mulai saat ini?

1. KELUARGA

Dimulai dari unit yang terkecil yaitu keluarga, dimana lingkup ini adalah pemberi pondasi yang paling kuat bagi setiap manusia dalam masanya ia tumbuh dan berkembang. Sudah selaknya para orang tua memberikan pembekalan mulai dari sisi agama hingga perilaku yang harus dilakukan setiap anak dalam kehidupan sehari-harinya.

Tak sedikit pendapat mengatakan bahwa bagaimana seorang anak bersikap adalah tergantung bagaimana ayah ibunya hingga keluarganya. Peran orang tua amat penting disini, bagaimana menjaga agar anaknya tidak menjadi korban, serta bahkan tidak menjadi pelaku pelecehan seksual.

Adalah tanggung jawab yang besar bagi kedua orang tua karena sebelum seorang anak menapaki hidup di luar umah maka seisi rumahnya adalah pondasi terpenting yang akan menjadi dasar bagaimana ia bersikap di luar. Sebagai ayah atau ibu maka sudah semestinya mampu memberikanpendidikann yang tepat bagi anak-anaknya, termasuk memberikan pemahaman yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.

Adalah bukan hal yang tabu bagi orang tua untuk memberikan pendidikan tentang seksualitas kepada anak-anaknya. Ambillah hal ini dari sisi pendidikannya bukan yang lainnya. Mungkin saja seorang anak perempuan belum memahami benar resiko-resiko apa saja yang mengintai dirinya jikasalah bersikap atau salah berpakaian. Namun dengan menggunakan bahasa yang sederhana, bahasa kasih dan sayang dari orang tua maka semuanya bisa tersampaikan dengan baik.

Tentunya terkait urusan seksual, kepada anak laki-laki para orang tua selayaknya bisa berpesan agar selalu menghormati anak perempuan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Hal ini akan tertanam didalam benak sang anak bahwa “saya harus menghormati perempuan, siapapun dia”. Jadi jika besar nanti tidak lagi ada pendapat tentang pelecehan seksual atau bahkan perkosaan terjadi karena lelaki tidak menghormati dan menghargai perempuan akibat cara berpakaiannya. Dimana dalam satu garis yang sama banyak perempuan yang mengatakan bahwa pelecehan seksual terjadi adalah karena pola pikir laki-laki yang tidak baik, sama sekali bukan karena caranya berpakaian.

Begitu juga sebaliknya, para orang tua juga harus menanamkan pemahaman yang sempurna kepada anak perempuannya tentang cara berpakaian yang baik, sopan dan tidak mengundang kejahatan. Sehinga saat beranjak besar ia telah terbiasa untuk memakai pakaian yang tidak mengundang fikiran jahat laki-laki.

Dengan demikian baik laki-laki maupun perempuan akan senantiasa memahami posisinya masing-masing, apa yang harus dilakukannya dan bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap lawan jenis. Sebenarnya banyak hal yang perlu ditanamkan oleh para orang tua untuk anaknya, seperti penjagaan yang ketat terkait akses internet yang ada di rumahnya agar kebebasan berselancar di dunia maya bisa lebih terjaga dan tidak berlari ke hal-hal yang belum boleh menjadi konsumsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun