Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ciptakan Pendidikan Menyeluruh untuk Anak dari Berbagai Lini Kehidupan

2 Mei 2017   15:09 Diperbarui: 2 Mei 2017   15:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tengah hangatnya peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Selasa (2/5) saya tergerak untuk menuliskan terkait hal pendidikan untuk anak dalam kaitannya dengan kejadian sehari-hari di sekitar kita. Beberapa media yang menjadi konsentrasi pembahasan dalam artikel ini adalah media massa (baik elektronik mapun cetak), media sosial dan dunia maya (Facebook, instagram, web, dll), serta media pandangan mata secara langsung yang terjadi di depan mata sehari-hari. Media-media tersebut memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan hidup anak-anak terlebih lagi yang dalam masa pertumbuhan menjelang remaja. Bagaimana media-media tersebut dapat memberi pengaruh?

Media massa elektronik dalam hal ini televisi, saat ini kerap menayangkan berita yang cukup panas misalnya perseteruan yang tiada akhir jelang dan pasca Pemilihan Kepala Daerah Jakarta beberapa waktu lalu. Hal ini cukup memberikan pengaruh yang negatif apabila anak-anak menonton berita tersebut terus menerus tanpa pendampingan orang tua. Di sinilah yang dimaksud dengan pentingnya pendidikan yang menyeluruh dari berbagai lini kehidupan.

Seorang anak tentu belum pandai benar mencerna tentang apa yang kerap ia saksikan, contohnya menyaksikan pemberitaan politik khusus dewasa. Bukan tidak mungkin yang ada di benaknya adalah kota Jakarta ini penuh dengan perkelahian, semuanya berseteru dan semua saling menyalahkan, namun jika dalam menyaksikannya didampingi oleh orang tua maka filter dan penerang bagi si anak terhadap apa yang disaksikan adalah para orang tua tersebut. Itulah sebabnya saya kerap merasa kasihan dengan anak-anak di mana pun berada yang setiap hari selalu saja disuguhi berita politik yang mengerikan. Sesungguhnya Indonesia tidak seseram yang mereka saksikan bukan? Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sebagai pendamping anak dalam menikmati sajian melalui media massa maupun elektronik.

Media yang berikutnya adalah Media Sosial, di mana merupakan salah satu media yang cukup kuat pengaruhnya bagi seorang anak yang salah kaprah dalam menggunakannya. Bukan hanya mampu mengubah pola pikir, media sosial juga mampu mengubah perilaku seseorang. Sering kita dengar bukan berita seorang anak perempuan hilang setelah beberapa hari diketahui berkenalan dengan seorang pria melalui facebook? Hal ini adalah salah satu energi negatif yang berhasil masuk ke dalam diri seseorang tanpa pendampingan siapa pun.

Saat ini juga telah banyak ditemukan anak-anak usia Sekolah Dasar yang kerap berinteraksi dengan temannya melalui media sosial facebook, saling sapa, saling memberi komentar dan hal-hal lain yang tentu saja tidak mudah dikendalikan oleh orang tuanya. Agar seorang anak tidak kebablasan dalam menikmati kemajuan teknologi masa kini salah satunya adalah berselancar di dunia maya, lagi-lagi peranan orang tua sebagai pendamping dan pengarah amat dibutuhkan.

Dunia maya adalah dunia yang sulit dibendung pergerakannya, dapat dikatakan segala sesuatu ada dan tersedia di internet, penggunanya hanya cukup mengetikkan kata kunci lalu apa yang ia cari akan segera ditemui. Terbayang bukan jika anak kita mencari sesuatu di dunia maya tanpa pendampingan orang tuanya? Ditambah lagi anak tersebut sedang dalam masa pertumbuhan lengkap dengan tingginya rasa ingin tahu nan berlebihan. Demi menyikapi hal inilah maka sangat perlu adanya pendidikan yang menyeluruh bagi anak-anak, karena keliru sedikit saja bisa merusak hampir seluruh pemikiran dan tindakan seorang anak.

Bagaimana dengan media pandangan mata atau kejadian yang bisa diamati secara langsung oleh seorang anak? Tindak kekerasan misalnya untuk mendapatkan sesuatu. Akankah seorang menirunya? Bisa saja! Akankah seorang anak berpikir jernih lantas menjauhinya? Sangat bisa! Namun tetap harus ada manusia-manusia dewasa yang mampu dijadikan pegangan oleh si anak dalam mengambil berbagai pelajaran dalam kehidupan.

Paparan diatas adalah contoh yang amat sederhana terkait efek negatif yang bisa tumbuh dalam diri anak-anak akibat sajian kejadian di lingkungan sekitar yang tidak baik, dan hal ini adalah wadah pendidikan juga bagi si anak namun pendidikan yang negatif. That’s why sangat dibutuhkan pendidikan yang menyeluruh bagi anak-anak dari berbagai lini kehidupan, karena seorang anak cukup banyak mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian sehari-hari yang ia temui. Karena pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru-guru di sekolah, orang tua di rumah, namun juga bagi siapa saja yang merasa perlu ambil bagian untuk turut menyelamatkan generasi bangsa Indonesia.

Selamat Hari Pendidikan Nasional, tebarkanlah energi positif kepada lingkungan sekitar, niscaya akan menjadi pelajaran yang amat berharga bagi siapa saja. Satu energi positif yang kita sebarkan akan menjadi seribu kebaikan, karena mata rantainya terus mengikat semakin panjang dan tak pernah putus. Setelah rantainya semakin panjang tak terhingga maka kebaikan akan menyelimuti dimensi yang lebih luas lagi, sehingga energi-energi positif tersebut terus menular dan nyaris tak pernah berhenti.

(dnu, ditulis sambil ngemil kuping GAJAH, 1 Mei 2017, 22.00 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun