Kadang kejadian yang menimpa kita ngga sesuai dengan harapan ya Kalau sudah begini bagaimana cara yang paling elok untuk menyikapinya? Sabar? Itu pasti. Ikhlas? Ngga bisa ditawar lagi. Satu hal lainnya yakni, ikhtiar yang tiada henti. Lalu bagaimana jika cerita hidupmu tak sehijau rumput tetangga, tak sebening embun pagi, tak seelok bunga mawar bahkan tak semanis senja di lukisan pemandangan? Terima saja, percaya saja. Bahwa semuanya akan menjadi indah tepat pada waktunya. Saat bulan September mulai menampakkan diri, banyak orang yang spontan berdoa dan berharap semoga bulan ini menjadi September yang ceria. Kalau kenyataannya berbanding terbalik bagaimana? September penuh luka, September kelabu atau September yang menyebalkan! Apakah akan serta merta mencaci maki si pembuat lagu September Ceria? Atau hanya bermuram durja di ujung jalan? Sementara langit senja begitu indahnya dengan si jingga, pagi yang sejuk berkat bening embun dimana-mana. Hingga rumput yang kering dan tak hijau pun lembut melambai sambil menyuarakan "biarlah Septembermu seadanya, namun ingatlah aku disini yang sudah usang dan hampir mati tapi aku masih semangat menyambut datangnya esok pagi. Karena sisa pancaran cahaya matahari hari ini bisa saja memberikan kekuatan padaku lalu aku akan menjadi hijau pada esok hari dan siap bernyanyi bersama jutaan bulir embun pagi..." So, jika Septembermu tak ceria, percayalah bahwa Desembermu akan sangat mempesona. (dnu, ditulis di mall onta sambil nunggu jemputan, 5 September 2014, 17.48)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H