Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bahaya! Keep Just Friend and No More!

14 Februari 2015   17:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Just Friend and No More...

Pernyataan yang berat, bahkan sangat-sangat berat. Jika tidak pandai-pandai menjaganya bukan tidak mungkin batasan yang telah dibangun dengan baik nan kokoh dapat seketika hancur dan mudah untuk dilewati.

Sepenggal kalimat tersebut merupakan janji setia bagi diri sendiri dan satu orang lainnya. Tidak hanya lisan, tetapi batin pun turut sepakat. Suasana murni pertemanan yang mengasyikkan namun saling terbuka terdapat dalam hubungan sahabat dua insan ini.

Para pelaku dalam relationship ini bisa dipastikan satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Jika bukan, sangat tidak perlu dibangun sebaris perjanjian yang mematikan ini.

Persahabatan jenis ini bisa dikatakan saling menguntungkan. Bagaiamana tidak, dua manusia yang terlibat dapat saling leluasa terbuka satu sama lain dengan maksud berbagi cerita, saling menolong dan saling menghormati namun tetap dengan setia menjunjung tinggi kesepakatan yang sudah dibuat sejak awal.

Dalam banyak kisah, bisa saja kesepakatan ini hanya di patenkan oleh satu pihak saja. Pihak yang lain? Bisa saja merasa tak perlu mengadakan sebuah kesepakatan, ”toh sampai kapanpun kita memang hanya akan berteman”.

Tapi di lain sisi, bisa saja pihak lainnya mengharapkan sesuatu yang lebih dari hubungan pertemanan ini. Karena bisa jadi ia tidak mengetahui misi apa sebenarnya yang sedang di jalani oleh lawan relationshipnya itu. Tidak salah, karena memang di banyak kasus, perjanjian ini muncul hanya dari satu pihak dan cukup dalam hati saja diikrarkannya.

Kehati-hatian sangat diperlukan dalam membina pertemanan ini. Relationship yang terbangun dengan canda tawa dan curahan berbagai cerita bisa seketika berbalik menjadi kebencian, yang sesungguhnya sangat mampu menghancurkan semuanya. Hal ini bisa terjadi pada dua insan yang salah satu pihaknya tidak turut dimintakan kesepakatan.

Pengkhianatan. Ya mungkin itulah sebuah kata yang bisa mewakili cuaca relationship tadi. Jika rasa ini terjadi, jangan pernah menolak bahwa pertemanan yang mengasyikkan itu akan selesai seketika.

Hal sebaliknya mungkin saja terjadi. Yang awalnya janji hanya berteman, tapi berlajut kearah yang lebih jauh. Sekali lagi, hal ini mungkin saja terjadi. Dan bagaimana apabila tanda-tanda sesuatu yang jauh akan segera dimulai? Apakah masing-masing hati mampu menolaknya? Saya berharap jawabannya adalah Ya. Harus mampu.

Jangan pernah ikuti perasaan itu. Tetaplah pada jalur yang sejak awal sudah Anda jalani. Tetaplah berusaha menjaga ikrar hati. Tetaplah berupaya menjaga keceriaan pertemanan yang mungkin tak ada duanya.

Dan satu hal, tetaplah menjaga diri agar tetap berdiam jauh dari dinding pembatas yang jika disentuh sedikit, keretakkan akan mulai terlihat dan kehancurannya akan segera dijelang.

(dnu, tulisan tanggal 22 Desember 2010, lupa jam berapa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun