Untuk bisa menjadi puppeteer atau dalang boneka ternyata banyak ilmu yang harus dikuasai lho! Ngga cukup hanya senang bercerita, mampu membuat cerita atau jago menggerak-gerakkan boneka saja, namun ada sederet kemampuan teknis yang perlu dilatih terus menerus. Bisnis jasa yang satu ini dekat sekali dengan dunia anak-anak, nah buat kamu yang ingin lebih dekat dengan dunia yg penuh warna ini yuks mulai berlatih sedikit demi sedikit.
Buat para bunda atau siapa aja yang ingin menggeluti dunia dalang boneka, cuss simak beberapa poin penting dibawah ini, hasil obrolan saya bersama Feriana Tiarnida, yang juga pernah menjadi puppeteer serial Jalan Sesama (Sesama Street) di televisi nasional. Di mana pada masa pelatihannya dia dibimbing langsung oleh perwakilan resmi dari Sesame Street, Amerika. Wow ya!
Selain itu Kak Ana, begitu dia akrab disapa, juga kerap membuka workshop membuat boneka dari kaos kaki lho! Sudah banyak yang memesan sock puppet hasil karyanya untuk dijadikan souvenir atau dimainkan sendiri. Nah, bisnisnya berkembang bukan? Di awali dari jasa bercerita, kemudian merambah pada workshop dan menjual produk handmade boneka! Keren ya! Katanya memang seperti itu ya, pintu rezeki akan terbuka seluas-luasnya kepada siapa saja yang giat berusaha.
Baiklah, ini dia hasil kupas kulit bisnis jasanya Kak Ana!
1. Percaya Diri. Jika ingin menjadi pendongeng ataupun dalang boneka/puppeteer level percaya dirinya harus tinggi. Karena seorang puppteer harus melakonkan beragam tokoh yang dibawakannya semirip mungkin. Mulai dari emosinya, suara, gerak tubuh, hingga tampilan wajahnya. Kalau sedang acting sedih, wajah puppeteernya juga tentu harus mimik sedih ya hehe... Tidak boleh malu-malu, ingat ya itu! Tapi tenang saja, seiring berjalannya waktu, jam terbang yang semakin banyak tentu kita akan semakin mudah mengelola rasa percaya diri. Di balik panggung mungkin kita seorang yang pemalu, tapi kalau sudah tampil harus total!
2. Lipsing. Perihal terkait suara ini menjadi poin penting yang harus mampu dilakukan oleh puppeteer. Harus bisa menirukan jenis suara apapun, termasuk suara hewan yang dekat sekali dengan dunia dongeng bagi anak-anak. Kemudian, perlu diperhatikan juga tentang ragam suara. Jangan sampai melakonkan ayam dengan sapi tapi suaranya sama ya!
3. Fokus. Cara memegang boneka saat menjadi dalang ternyata tidak mudah. Perlu kemampuan mendalam terkait bagaimana agar tokoh boneka tetap menjadi fokus dalam cerita, sehingga audience benar-benar merasakan tengah "berbicara" dengan boneka, bukan dalangnya. Sederhananya, saat adegan boneka berbicara kepada penonton maka wajah dan arah tatap mata boneka juga harus ke arah penontoh. Jangan sampai dalangnya terlena karena terlalu asik bercerita hingga lupa ke mana boneka memandang.
4. Ekspresi. Nah ini erat kaitannya dengan percaya diri. Ekspresi puppeteer harus sama dengan ekspresi boneka saat adegan per adegan dilakonkan. Adegannya sedih, maka mimik puppeternya juga harus sedih, dan terlebih lagi "mimik" sang boneka juga harus sedih. Misalnya boneka ditundukkan sebagai bentuk ekspresi sedih, karena biasanya makhluh hidup cenderung menunduk saat bersedih. Demikian pula saat tertawa gembira, boneka bisa digerak-gerakkan dengan cukup ekspresif untuk menunjukkan kegembiraan. Jangan lupa, puppeteernya juga harus menampakkan ekspresi yang senada.
5. Mampu membuat cerita. Perlu juga hal ini dikuasai, karena bisa saja ada seseorang yang mengundang kamu tampil ke sebuah acara namun hanya diberi tema besarannya saja. Jalan cerita dan dialognya? Nah puppeteer bisa menyusunnya sendiri
Ayah, Bunda, Kakak, Adik ingin jadi puppeteer profesional? Bisa! Dicoba dulu ya tipsnya, sambil uji ekspressi di depan kaca sebelum memberanikan diri tampil di depan banyak mata. Selamat mencoba!
SEMOGA BERMANFAAT YA