Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Masih Perlukah Debat Capres dan Cawapres?

19 Februari 2019   10:20 Diperbarui: 19 Februari 2019   10:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Terus saja begitu, unggulkan sosok yang menjadi pilihan, lalu sebarkan segala kekurangan kubu lawan ke seantero jagat raya, agar semua tahu bahwa pilihan kitalah yang terbaik dan pasangan lawan tidak memiliki sedikitpun kebaikan. Lantas sekali lagi, masih perlukah debat Capres dan Cawapres?

Sebagian kecil mungkin menanti saat-saat debat publik menjadi ajang eksplorasi kedua pasangan calon agar memiliki panduan dalam menentukan pilihan, tetapi sebagian besar lainnya menanti acara debat hanya untuk mencari-cari kekurangan kubu lawan. Inikah mental Bangsa Indonesia saat ini? Memanfaatkan sesuatu yang baik untuk tujuan yang sebaliknya. 

Mungkin benar adanya jika para calon pemimpin bangsa baik Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden menjadi nervous di atas panggun, di hadapan para pendukungnya dan dihadapan seluruh rakyat Indonesia yang telah siap mencacinya karena kealpaan ataupun kecurigaan atas sebuah kekurangan. 

Wajar saja mereka gugup dalam berbicara, banyak gerak tubuh yang tak seharusnya dilakukan, karena usai acara berlangsung mereka harus bersiap dihujani tidak hanya puja puji tetapi juga caci maki. Dari siapa? Dari rakyatnya sendiri yang selama ini mencari penghidupan di Negara ini.

Sudah sepatutnya kita sikapi dengan bijak acara Debat Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden yang sedianya memiliki tujuan mulia yakni memberikan gambaran yang lebih jelas kepada seluruh warga di dunia nyata maupun di dunia maya tentang apa saja yang menjadi Visi, Misi dan Program Kerja calon pemimpin bangsa kita. 

Di mana hasil paparannya yang perlu kita cermati, apakah akan kita pilih atau tidak, bukan untuk disebarkan ke seluruh jagat raya yang sesungguhnya kita juga belum tahu kebenarannya. Artinya apa? Hati-hati fitnah.

(dnu, ditulis sambil ndengerin lagu Peterpan "genggam tangan ku iniii... dan rasakan yang ku deritaaaa...", 19 Februari 2019, 10.08 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun