Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lagu Dewasa Terdengar di Mana-mana, Bagaimana dengan "Telinga" Anak?

23 Juli 2018   17:36 Diperbarui: 23 Juli 2018   17:56 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu dampak dari perkembangan teknologi saat ini adalah adanya platform penyedia audio musik yang dapat digunakan kapan saja dan di mana saja. Adanya media audio digital ini tentu memberikan manfaat positif dan negatif yang sejatinya harus disikapi dengan bijak. Bagi pihak-pihak tertentu kehadiran media digital tersebut tentu memberikan keuntungan tersendiri, termasuk juga bagi siapa saja yang gemar mendengarkan lagu maka akan sangat mudah menikmati kegemarannya itu. Ditambah lagi begitu mudah dan murahnya cara mendengarkan sebuah lagu saat ini turut mendukung peredaran lagu yang dalam sekejap dapat langsung meluas.

Hal lain yang menjadi tugas berat bagi para orang tua dan pemerhati dunia anak dalam melihat dampak perkembangan teknologi saat ini adalah kumandang lagu-lagu orang dewasa yang terdengar di mana-mana. Saat membuka suatu platform tertentu terdapat backsound lagu dewasa, iklan di televisi diiringi lagu dewasa, musik di radio pun sudah jarang sekali terdengar lagu anak-anak. Lantas bagaimana kabarnya dengan telinga anak yang dalam banyak aktifitasnya sehari-hari kerap mendengarkan lagu-lagu dewasa? Jelas lagu-lagu dewasa tertentu belum tepat waktu jika didengarkan atau dinyanyikan oleh anak-anak.

Usia anak-anak adalah masa-masa mereka belajar dari lingkungan. Bukan tidak mungkin seorang anak akan ikut menyanyikan lagu-lagu yang sering sekali mereka dengar baik sengaja maupun tidak. Terlepas dari paham atau tidaknya terhadap makna lirik lagu tersebut seorang anak akan gemar menyanyikannya, akibat telah terbiasa.

Acara televisi maupun radio yang khusus memperdengarkan lagu anak-anak pun saat ini telah jarang sekali ada, kondisi ini juga yang menyebabkan anak-anak tidak menemukan dunianya di media elektronik Maupun digital yang saat ini merajai kemajuan zaman. Jika dilihat dari sisi sebaliknya, bisa jadi para pegiat dunia musik saat ini tengah enggan untuk menggarap atau menggelar acara terkait musik anak-anak yang disebabkan oleh sedikitnya peminat acara tersebut. Kedua kondisi ini tampak sebagai dua sisi mata uang yang antar satu sisi dengan sisi lainnya dianggap saling menjadi penyebab.

Siapapun yang dianggap telah menjadi penyebab, tetap saja korbannya adalah anak-anak. Mereka tidak dengan suka cita bermain di dunianya dengan iringan lagu-lagu ceria yang memang diperuntukkan bagi dunia mereka. Lantas apa kabar kepribadian anak-anak yang setiap hari telinganya mendengarkan lagu-lagu orang dewasa? Bukan saja mereka telah kehilangan dunianya tetapi mereka perlahan terseret masuk dalam dunia orang dewasa.

Apa kabar pola pikir anak yang kerap kali mendengar lagu orang-orang dewasa? Apa kabar mimpi dan cita-cita anak yang sering sekali menikmati lagu-lagu orang dewasa? Dunia anak-anak memang dunia yang penuh dengan bermain, berlari, berputar dan menari, tetapi tidak dengan iringan lagu-lagu orang dewasa.

Tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua tetapi juga siapa pun yang menjadi pendamping anak untuk turut mendukung penciptaan lingkungan yang ramah anak, yang tidak terkontaminasi dengan perihal orang dewasa. Pekerjaan Rumah ini menjadi tanggung jawab siapa saja yang merasa peduli dengan kelangsungan masa depan anak-anak.

Penciptaan lingkungan yang ramah anak dapat dilakukan oleh berbagai pihak. Dari sisi orang tua misalnya dapat lebih bijak dalam pemberian izin anak-anak menikmati dunia digital saat ini. Peran guru di sekolah juga sangat penting, misalnya dapat memberikan asupan-asupan pengetahuan tentang yang mana dunia anak dan yang mana yang belum menjadi dunia anak. Selain itu juga perlu diberikan pembelajaran lagu-lagu anak yang sarat dengan nilai-nilai budi pekerti. Para pengusaha di era digitalisasi juga agar lebih bijak dalam memasang iklan-iklan lagu yang otomatis terdengar saat seseorang membuka suatu media online tertentu, atau dapat melakukan hal-hal bijak lainnya yang mencerminkan dukungan kepada dunia untuk turut menciptakan lingkungan yang bersahabat dengan anak-anak.

Selamat Hari Anak Nasional !

#DNU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun