Pada masa kampanye pemilihan Calon Gubernur dan wakilnya, Calon Bupati dan wakilnya ataupun calon Walikota dan wakilnya, para pendukung atau biasa disebut dengan tim sukses masing-masing Pasangan Calon (Paslon) menggebu-gebu menyebar kabar baik tentang paslon unggulannya ke seluruh penjuru wilayah pemilihan.Â
Pada masa ini seakan tim sukses tidak sama sekali melihat adanya kekurangan dalam diri Paslon, di mana Paslon yang dibanggakannya adalah manusia biasa yang tentu memiliki kekurangan di sana sini.
Saat memutuskan untuk mengunggulkan salah satu Paslon yang tentu dengan alasannya sendiri-sendiri, setiap calon pemilih juga nyaris membabi buta untuk membenarkan segala hal yang dilakukan oleh idolanya. Termasuk dalam perbuatan salah atau pun menyimpang, para pengikut kebanyakan akan serta merta tetap membelanya.
Demikian pula saat memasuki masa-masa pemilihan, satu minggu sebelum hari pemilihan bahkan sejak satu bulan sebelumnya, para pendukung Paslon ramai adu keunggulan junjungannya baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Terlebih dunia maya yang kini dapat dikatakan sebagai salah satu senjata ampuh untuk berkampanye, jaringan yang dapat dibentuk bisa lebih luas dan penyebaran pesannya juga tergolong massif dan efektif. Setiap unggahan pesan yang dimunculkan di media sosial kerap kali isinya tidak jauh dari ajakan kepada orang lain untuk mencoblos yang menjadi pilihannya.
Terkait unggahan di media sosial, selain mempengaruhi orang lain untuk turut memilih apa yang menjadi pilihannya, para pendukung Paslon juga tidak jarang sambil menjatuhkan pasangan lain dengan berbagai padangan negatifnya.Â
Perang asumsi antar pendukung Paslon yang bisa jadi karena kebanyakan Halusinasi juga sulit untuk dihindari. Tetapi inilah kenyataanya, pada masa sebelum pemilihan setiap pendukung akan bergerilya untuk bisa memenangkan pasangan idolanya.
Lantas bagaimana dengan hari ini, sebagai hari pemilihan pemimpin daerah yang serentak dilaksanakan di banyak wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, akankah usai pemilihan semuanya akan adem ayem menerima kemenangan maupun kekalahan?Â
Bagi para Paslon biasanya demikian, menerima kemengan dengan senang hati tanpa jumawa, dan bagi yang mendapatkan suara terlampau sedikit akan menerima kekalahan dengan berbesar hati tanpa banyak berkata. Lalu siapa yang biasanya banyak berkata atas kekalahannya? Adalah para pendukung Paslon yang kurang dapat berbesar hati karena Paslon idamannya tidak jadi memenangkan kompetisi berbasis demokrasi ini.
Kerap terjadi Paslon yang kalah lebih legowo dan menerima kekalahan sebagai suatu pembelajaran, namun tidak demikian halnya dengan para pendukungnya. Perang unggahan pesan di media sosial berpotensi terjadi usai ketuk palu pemenangan Paslon diumumkan. Dalam bahasa sederhana dapat dikatakan "yang di atas adem ayem, tapi yang di bawah hiruk pikuk tiada akhir".
Setiap pendukung Paslon sudah tentu harus pula memiliki hati yang besar seperti yang dimiliki oleh Paslon itu sendiri. Hati yang telah siap menerima kemenangan dan lebih siap lagi jika harus menerima kekalahan.