Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rumput Tetangga Tidak Selalu Tampak Lebih Hijau #Ramadan3

25 Mei 2018   10:08 Diperbarui: 25 Mei 2018   10:24 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang tadi (19/5) sambil menunggu waktu berbuka puasa yang masih 4 jam lagi, iseng-iseng saya jalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Ketika sampai di kasir untuk membayar suatu barang tiba-tiba terfikir mengenai grafik pekerjaan mereka di bulan Ramdhan ini. Demikian pula saat membeli makanan cepat saji yang dapur restonya ditampakkan kepada pembeli. Lagi-lagi terfikir suasana kerja mereka di bulan suci ini.

Pertama adalah tentang para pekerja di suatu gerai pakaian, beberapa petugas kasir tampak sibuk melayani pembeli dalam hal proses pembayaran. Di sisi lain para pramuniaga juga sibuk melanyani pembeli yang ingin melihat-lihat barang atau mencobanya.

Suasana mall menjelang Hari Raya Idul Fitri memang semakin hari semakin ramai, dan itu berarti kesibukan para pramuniaga pun meningkat. Ini yang saya katakan grafik kesibukan yang angkanya naik bukan kepalang di bulan Ramadhan.

Masyarakat Indonesia memang terbiasa mewujudkan suka citanya menyambut hari kemenangan dengan membeli barang-barang baru untik digunakan saat menerima tamu atau melakukan halal bi halal. Selain karena terbiasa ada juga yang memang telah menjadi kebutuhan yang mau tidak mau memang harus dipenuhi jelang Hari Raya, menyediakan beberapa jenis makanan misalnya. Tidak hanya karena akan kedatangan tamu dan sanak saudara, tetapi juga sebagai persediaan untuk kebutuhan pribadi.

Ke dua, yakni tentang para pekerja di sebuah resto cepat saji. Setelah saya memesan sebuah makanan untuk dibungkus, seorang karyawan resto langsung menyiapkan makanan tersebut dengan cara di panggang beberapa saat. Dapur restonya terbuka, terlihat jelas bagaimana petugas dapur meramu beberapa bahan makanan, hingga menjadi matang dan siap untuk dimakan.

Hal menarik dari kisah resto cepat saji ini adalah mengenai kemungkinan mereka yang berpuasa namun wajib bekerja menyiapkan makanan tidak peduli bulan ramadhan ataupun bulan-bulan lainnya. Tentu mereka tidak boleh tergoda karena mencium aroma masakannya ataupun tergoda karena hanya sekadar melihat wujud makanannya. Rasanya orang dewasa pun bisa saja tergoda makanan di siang hari saat berpuasa, karena setan tidak hanya menggoda anak kecil saja.

Dua contoh tersebutlah yang dapat saya kaitkan dengan sebuah pendapat lalu kemudian saya simpulkan, bahwa rumput tetangga tidak selalu tampak lebih hijau.

Mengapa demikian?

Ketika di pusat-pusat perbelanjaan karyawannya begitu sibuk bekerja, bahkan mustahil jam kerja mereka dikurangi dalam rangka menikmati bulan Ramadhan, justru di beberapa perusahaan lain terjadi sebaliknya. Banyak perusahaan yang memberi kebijakan kepada karyawannya untuk masuk lebih lambat dan pulang lebih cepat di bulan ramadhan. 

Terlepas dari berbagai alasan yang dimiliki perusahaan, poin penting yang perlu dilihat adalah banyak terdapat diluar sana bidang pekerjaan yang loading pekerjaannya justru meningkat saat ramadhan datang. Kondisi ini memaksa para karyawannya untuk extra effort, sambil berpuasa atau bahkan sambil berbuka puasa, yang artinya saat berbuka puasa pun mereka tidak boleh lama-lama karena konsumen telah menunggu.

Tidak jarang kita melihat "rumput tetangga selalu tampak lebih hijau", dan tidak sedikit hal-hal yang membuat kita iri pada pekerjaan orang lain. Berdasarkan contoh di atas nyatanya ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa tidak selamanya rumput tetangga tampak lebih hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun