Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Jepang, Tertib Itu Keren!

2 Agustus 2017   08:22 Diperbarui: 2 Agustus 2017   10:02 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apapun yang kita inginkan agar menjadi baik jelas harus dimulai dari diri sendiri, begitu juga jika kita menginginkan suatu kenyamanan di tempat umum, maka dari diri kita sendiri yang harus memulai agar tercipta kenyamanan tersebut. Salah satu budaya yang pernah saya alami dalam menciptakan  kenyamanan yang dimulai dari diri sendiri adalah budaya antri di negeri Sakura, Jepang. Berkat pengalaman tersebutlah mantap saya katakan tertib itu keren!

Salah satu contoh ketertiban yang membuat saya terkagum-kagum adalah budaya antri yang amat sangat dijaga di negeri matahari terbit itu. Misalnya, saat menaiki eskalator atau tangga berjalan, kita harus benar-benar ambil bagian antri sejak beberapa langkah sebelum kaki menapak di anak tangga berjalan untuk pertama kalinya, karena seluruh dari mereka dalam hal ini orang Jepang, adalah demikian, terus mengurut ke belakang jika di sampingnya sudah ada orang. Bukan malah berdiri disampingnya lalu adu cepat naik eskalator, tetapi justru ambil posisi di belakang orang tersebut lalu mulailah mengantri.

Saat kita menaiki eskalator ada kebudayaan lainnya yang juga keren, yaitu bagi siapa saja yang tidak ingin mempercepat langkahnya di eskalator alias ingin berdiri saja dan mengikuti lajunya tangga berjalan, maka ia harus berdiri di sisi kiri. Begitu juga sebaliknya, bagi siapa saja yang ingin berjalan lebih cepat maka ambillah posisi di sisi kanan, maka ia akan bebas mempercepat langkahnya tanpa terhalang orang lain. Dengan demikian kenyamanan akan terasa dengan sendirinya bukan?

Budaya tertib di Jepang yang bisa kita adopsi sebagai sumber kebaikan lainnya adalah ketertiban saat menyeberang jalan. Begitu banyak zebra cross atau garis putih tempat orang menyeberang jalan di negara ini. Tidak ada alasan apapun yang bisa dibenarkan bagi siapa saja yang tidak menyeberang di zebra cross. Beberapa kali pengalaman saya melihat orang-orang yang ingin menyeberang jalan sedang berdiri di sisi jalan menunggu lampu tanda penyeberangan orang berwarna hijau. 

Benar saja, saat itu lampu bergambar orang sedang menyala merah, namun tidak terlihat satu kendaraanpun melintas di jalan tersebut, tetapi orang-orang yang ingin menyeberang tetap menunggu hingga lampu berubah menjadi nyala hijau. Jika difikirkan dengan akal yang pendek, situasi tersebut cukup memungkinkan seseorang menyeberang kerena lingkungan yang ketika itu cukup sepi dan tidak ada kendaran yang hilir mudik, namun orang-orang Jepang tersebut tetap konsisten mematuhi peraturan lalu lintas tanpa kompromi. Hebat!

Budaya antri lainnya adalah saat ingin menumpang bis ataupun kereta, mereka semua berbaris rapi di tempat yang telah ditentukan, berbaris lurus atau menyamping, bukan umpel-umpelan. Ketika bis atau kereta yang ditunggu mulai terlihat, seluruh dari mereka tetap tenang dan tidak ada yang saling dorong atau saling berebut baris paling depan agar menjadi yang pertama memasuki kereta. Semuanya tetap pada urutannya masing-masing sesuai waktu kedatangan mereka di tempat tunggu kendaran tersebut. Fair ya, yang datang lebih dulu ya berhak memasuki kendaraan lebih dulu pula bukan? Bagi yang tidak kebagian masuk bis atau kereta maka mereka akan menunggu pada kedatangan armada berikutnya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Berlaku tertib memang sebuah perbuatan yang terdengar mudah namun tidak semua orang dengan mudah pula menerapkannya. Dorongan emosi yang tidak terkontrol kadang membuat seseorang selalu ingin menjadi yang pertama dalam setiap proses menunggu. Tidak ingin antri, tidak ingin berbaris, bahkan selalu ingin didahulukan karena merasa dirinya lebih berkepentingan. Seperti yang pernah saya alami di sebuah supermarket di bilangan Jakarta Timur, saat mengantri di kasir untuk membayar barang belanjaan tiba-tiba seorang ibu paruh baya yang berdiri di belakang saya menjulurkan tangannya ke kasir dan meminta didahulukan proses bayarnya karena barang yang dibelinya hanya satu buah, sedangkan saya beberapa buah. Ibu tersebut berkata "Mba, saya duluan ya, kan saya cuma satu... Mba banyak..." Laah... apa urusannya satu sama banyak sehingga minta lebih dulu? Jelas-jelas saya berdiri di depannya, maka sudah tentu sayalah yang berhak dilayani lebih dulu hahaha....

Seperti itulah budaya tertib dan antri yang sebenarnya dapat kita ambil nilai positifnya, kita tiru kebiasaan baiknya, dan kita serap sebanyak mungkin energi positifnya. Bukankah jika ingin mengubah lingkungan maka kita harus mengubah diri sendiri terlebih dahulu? Jika tidak berdampak banyak terhadap lingkungan maka setidaknya kita sudah mengubah diri menjadi orang yang lebih baik. Ambil valuenya buat diri sendiri.

#DNU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun