Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tua, yang Semangat Berpuasa

30 Mei 2017   22:27 Diperbarui: 30 Mei 2017   22:30 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entah bapak siapa namanya, bukan lupa tapi memang saya tak menanyakannya haha... Kisah sederhana namun cukup membuat cambuk yang begitu kuat bagi saya pribadi ini terjadi tadi, persisnya menjelang siang hari. Saya bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya yang dengan badan tegapnya sedang memasang jaring buatan diujung sebilah bambu. Jaring yang lebih mirip kantung ini diarahkan mendekati dedaunan di sebuah pohon seakan sebagai alat tangkap jika ada sesuatu yang jatuh di dekatnya.

Iseng sekaligus penasaran saya dekati beliau seraya bertanya “Ngapain Pak?”. Bapak tua yang sedang duduk di sebuah batu tanpa alas itu seakan sedang menanti sesuatu terjadi pada jaring buatannya tersebut. Ia lantas menjawab pertanyaan saya sambil tetap memandangi bilah bambu yang panjang “nangkep kroto...”. Agak kurang jelas saya mendengarnya, maka saya tanyakan kembali “Nangkep apa Pak?....” Dengan lugas ia mengulangi “Kroto... Semut rangrang....”. Saya yang baru pertama kali mendengar kata kroto cukup bingung dibuatnya hehe.... “Oh... semut rangrang.... buat apaan Pak?”. Ia menjelaskan kroto-kroto tersebut akan digunakan sebagai makanan burung.

Sambil terus bercakap-cakap singkat, saya memperhatikan Bapak ini nampak letih, saya tanyakan “Bapak puasa?...” Sambil mengangguk ia menjawab “InsyaAllah neng... puasa... ini mah kaga capek timbang nyari empan burung doang...” jawabnya semangat. Waaahh kerennya Bapak ini..... semangat puasa, semangat juga aktifitasnya. Ibadah jalan, aktifitas juga tetap lancar.

Sekali lagi ini adalah kisah sederhana namun bagi saya amat sarat makna, karena tidak sedikit para muda mudi yang berbadan segar bugar mengeluh tak kuat berpuasa karena pekerjaan yang terlalu melelahkan atau kondisi-kondisi manja lainnya, selain memang sedang sakit. Mengapa saya katakan manja? Lihat saja Bapak pencari kroto ini, siang bolong, walaupun cuaca tak begitu terik namun ia tetap semangat beraktifitas sambil tetap menjaga puasanya. Jika kelelahan kita tidak sebanding dengan kisah pencari kroto ini, maka tetap saja kita perlu menduplikasi semangatnya dalam menunaikan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.

Ingin puasa lancar tapi maghrib terasa luammaaa??? Tetap semangat! Jangan kasih kendor!!!

(dnu, ditulis sambil nonton berita bom kampung melayu, 30 Mei 2017, 22.21 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun