Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Tari Sedunia! Anak-anak Yuk Menari!

29 April 2017   22:14 Diperbarui: 29 April 2017   22:42 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini (29/4) diperingati sebagai Hari Tari Sedunia, dan kita bisa memaknainya sebagai hari di mana kita perlu mengingat kembali akan keindahan budaya Indonesia melalui ragam tariannya. Seni tari dibagi menjadi dua jenis yakni tari tradisional dan tari modern, namun terdapat inovasi dari dua jenis tarian tersebut yakni tari tradisional modern. 

Tari tradisional jelas mengangkat kebudayaan suatu daerah tanpa mengubahnya sedikit pun, dan fungsi dari tarian ini selain hiburan adalah sebagai ucapan selamat datang. Di beberapa daerah terdapat tarian selamat datang yang dilenggokkan saat menyambut tamu yang datang ke daerah tersebut. Jenis tarian seperti ini biasanya dilakukan dalam menyambut tamu khusus seperti pemerintah daerah, ataupun kepala adat.

Jenis tarian yang ke dua adalah tarian modern atau kerap disapa modern dance. Gerak pada tarian ini lebih kekinian mengikuti perkembangan zaman, dan musik pengiringnya pun biasanya menggunakan lagu-lagu populer yang terkenal di masanya. Modern dance kerap ditampilkan sebagai hiburan dalam suatu acara agar lebih bersemangat dan meriah.

Berikutnya adalah inovasi dari dua jenis tarian di atas yakni tari tradisional modern. Jenis ini memadukan budaya tradisional dengan budaya modern. Pakaian yang digunakan oleh penari tradisional modern biasanya tetap sesuai adat daerah terkait, namun dalam aksinya terdapat beberapa gerakan kekinian yang lebih modern. Musik pengiringnya pun terkadang hasil kolaborasi musik tradisional dan modern.

Seni tari saat ini masih banyak peminatnya, dan lembaga-lembaga yang menyediakan sarana dan prasarana untuk kursus menari. Belum didapat data yang akurat yang menunjukkan angka minat anak-anak terhadap kegiatan menari sebagai salah satu penyaluran hobi. Di kota-kota besar mungkin menari sudah menjadi aktivitas yang tidak terlalu menarik, namun tampaknya masih banyak di daerah-daerah negara kepulauan ini yang para generasi penerusnya menekuni dunia tari menari sebagai warisan nenek moyang kita yang cukup mahal harganya.

Tentu kita tidak ingin suatu tarian diakui sebagai budaya khas negara lain bukan? Oleh karena itu yuk nyalakan kembali budaya menari tradisional maupun tradisional modern kepada anak-anak kita sebagai tunas-tunas kecil sang pemegang warisan kebudayaan bangsa.

(dnu, ditulis sambil ngantuk, 29 April 2017, 22.04 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun