Kadang-kadang sebagai manusia yang merupakan makhluk Tuhan paling sempurna kita perlu idealis dalam beberapa hal deh, salah satunya idealis menjadi kaum yang benar-benar ingin damai dan tak mudah tersulut percikan api antar sesama. Lagi-lagi kali ini tetangga-tetangga di media sosial ribut perkara karangan bunga untuk Bapak Basuki Tjahaja Purnama yang konon katanya jumlahnya amat banyak tak terkira. Sudahlah tak perlu ambil pusing atas kiriman bunga-bunga tersebut, dan tampaknya tak perlu usik dengan omongan sana-sini yang terus nyinyir tiada henti. Yuk berpikir simpel, apa bedanya kita dengan mereka yang terus saling balas cibiran lalu berbesar kepala dan merasa berhasil memenangkan sebuah pertandingan? Sungguh tidak ada pembeda
Para pendukung Bapak Anies Baswedan dan Bapak Sandiaga Uno yang katanya menang elegan, tidak jumawa dan tetap rendah hati, apa yang menunjukkan sebagai pribadi yang sebagaimana disebutkan jika masih saja mengolok-olok “Itu kantor Gubernur apa kuburan??”, guys, apa maksudnya dengan kalimat ini? Elegan kah yang seperti ini? Biarkanlah gedung tersebut akan seperti apa penuh dengan karangan bunga yang lebih mirip dengan tempat lain, sebagai pribadi yang elegan santai saja menyikapi hal tersebut. Biarkan pemilik, pengirim, penikmat, pengantar menikmati tugasnya masing-masing terhadap jajaran bunga tersebut, dan pihak lainnya tak perlu usik dengan mengatakan “ah itu bunga dibeli sendiri lalu dikirim sendiri juga....”. Bodo amat, biarkan saja, stop nyinyir, stop negative thinking, stop suudzon! Sekali lagi, bersikaplah lebih elok dengan menghormati dan menghargai kebahagiaan orang lain. Karena orang yang sedang bersedih tentu butuh membahagiakan diri sendiri bukan
Begitu juga dengan para pendukung Pak Basuki, berbesar hatilah dengan keadaan, namun silahkan untuk mengabarkan kepada dunia tentang bunga-bunga yang kini ada dimana-mana, namun tetap dengan cara-cara yang manis, yang sedikit mungkin menyinggung perasaan pendukung Pak Anies. Hal ini perlu dilakukan jika memang benar-benar ingin menurunkan suhu perang dingin di antara dua kubu. Lain halnya jika memang bertujuan memancing di air keruh, yah mau dikatakan apa lagi
Kita sama-sama tinggal di Jakarta, sama-sama mencari penghidupan di Jakarta, sama-sama menikmati berbagai fasilitas yang ada di Jakarta, dan setiap malam kita juga memandang langit Jakarta yang sama (asik haha....), untuk itulah kita harus mulai berbenah diri menuju pribadi yang lebih baik. Mulailah dari diri sendiri untuk stop nyinyir every time in every social media, karena hari-hari kita terlalu berharga kita hanya dimanfaatkan untuk nyinyir-nyinyir sepanjang masa
Apalagi ini, ribut gara-gara bunga?? Please deh ah, kasihan bunga-bunga yang cantik itu jadi bahan debat masyarakat yang katanya hebat-hebat
(dnu, ditulis sambil ngemut permen kopi sebiji lima ratus rupiah, 27 April 2017, 14.58 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H