Di sisi yang lain mungkin para suami terlalu pandai menilai tentang amarah istri yang pasti memuncak jika ia menyeritakan sesuatu terkait Ibunya, walaupun sebenarnya amarah tersebut belum tentu terjadi. Sudah hafal tabiat istri sehingga yakin pasti marah? Tetap saja belum tentu. Satu hal yang cukup penting, sebenarnya bagaimana cara suami bercerita atau menyampaikan sesuatu hal yang bisa dikemas sedemikian baik dalam rangka tetap menjaga kesejukan hati seorag istri. Setuju kah? Apapun itu sebenarnya tinggal bagaimana cara kita menyampaikannya bukan?
Menjadi istri yang baik, calon bidadari syurga, calon penghuni Jannah-Nya memang tidak mudah, maka kita bisa bersama-sama berangkat dari hal yang paling sederhana yaitu memiliki hati yang lebih besar dari gumpalan ego.
Jika melihat keluarga yang begitu harmonis, ya walaupun kita memang hanya bisa melihat dari luarnya saja, namun sebagai penyemangat kita boleh percaya bahwa hati mereka telah lebih besar dari egonya.
(dnu, ditulis sambil buru-buru mau sholat maghrib, 9 Oktober 2016, 18.11 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H