Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan perkara Zaskia Gotik yang diangkat menjadi Duta Pancasila yang notabene ia baru saja melakukan pelecehan terhadap dasar Negara Indonesia tersebut. Selanjutnya yang tidak kalah banyak dibicarakan adalah gadis cantik asal Medan bernama Sonya yang kini baru saja dikukuhkan sebagai Duta Anti Narkoba. Dimana sebelumnya Sonya sempat menjadi perbincangan masyarakat Indonesia karena ulahnya yang melawan Polwan saat hendak diberikan Bukti Pelanggaran (Tilang) di jalan raya. Saat itu Sonya mengaku sebagai anak Jenderal agar ia bisa lepas dari jerat hukum polisi yang tengah bertugas.
Tidak sedikit masyarakat yang nyinyir terhadap dua berita fenomenal ini, sekaligus menjadikannya bahan gurauan dibuktikan dengan munculnya ungkapan “setelah berbuat kesalahan malah diangkat sebagai duta, enaknya!”.
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak para pembaca sekalian melihat dari sisi yang berbeda terhadap pelekatan label “duta” kepada seseorang atas pekerjaan yang nyaris sama dengan perbuatan tidak pantas yang baru saja dilakukannya.
Lihat saja pedangdut Zaskia Gotik yang kini menjadi Duta Pancasila persis setelah ia melecehkan sila ke lima Pancasila dalam sebuah acara di layar kaca. Tugasnya kini beragam, namun semua terkait dengan pengamalan Pancasila. Sebut saja seperti yang pernah saya lihat di televisi, Zaskia Gotik tengah mengajak para audience dalam suatu pertemuan membacakan Pancasila dengan baik dan benar. Bisa dikatakan tugasnya ialah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk minimal hafal dengan baik 5 sila Pancasila dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sama halnya dengan Sonya yang kini menjadi duta anti Narkoba, dimana tak ada lagi celah bagi dirinya untuk melakukan hal yang tidak terpuji dikarenakan beratnya gelar yang baru saja dianugerahkan kepadanya.
Adalah bukan sebuah hadiah ataupun gelar yang mempesona jika dilekatkan kepadanya ketika usai melakukan sebuah pelanggaran. Ini adalah sebuah hukuman yang coba diberikan oleh pemerintah kepada pelaku pelecehan Pancasila dan pelanggaran terhadap aparat Negara. Ketika suatu pelanggaran terjadi, maka saat itu pemerintah telah menggunakan bidik matanya dengan tepat dengan melihat adanya seorang warga Negara melakukan hal diluar koridor kebenaran. Nah bagaimana cara menghukumnya dengan tepat? Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, bisa jadi pelekatan gelar “duta” seperti ini adalah hukuman yang tepat diberikan oleh pemerintah dengan cara yang paling halus.
Dalam takaran yang paling kecil kini pemerintah telah “menangkap” bibit-bibit “perusuh” Negara yang harus segera diamankan. Kalau hanya diberikan hukuman penjara yang tidak seberapa jangka waktunya, atau bahkan hanya diberikan teguran kepada orang tua pelaku, bukan tidak mungkin di suatu hari nanti para pelaku pelanggaran tersebut akan kembali melakukan hal yang sama. Semuanya mungkin saja terjadi karena minimnya hukuman yang diberikan oleh pemerintah kepadanya.
Pemberian gelar Duta Pancasila atau Duta Anti Narkoba adalah salah satu upaya pemberian efek jera bagi pelaku. Karena seperti kita ketahui bersama, menjadi duta atau dalam bahasa kerennya Brand Ambassador adalah bukan pekerjaan yang mudah. Semuanya tidak akan bisa selesai hanya dengan Zaskia Gotik hafal mati terhadap sila pancasila berikut lambangnya, tetapi bagaimana ia bersikap dalam kehidupan sehari-hari pun dituntut agar selalu berada dalam garis normal pedoman dan penghayatan Pancasila. Apakah ini hal yang mudah? Tentu saja tidak.
Setelah mengemban gelar sebagai “Duta” maka tidak lagi boleh ada kesalahan yang dilakukannya sekalipun itu tidak disengaja. Gelar ini pun tentunya memiliki tanggung jawab tersendiri yang harus dicapai oleh yang mengembannya. Bukan sekedar gaya-gayaan dengan kesan tugas yang begitu bergengsi maka dianggap pekerjaan ini amat menyenangkan. Belum tentu. Semuanya memiliki tugas-tugas yang harus ia selesaikan.
Apakah kearifan tingkah laku sebagai penyandang Duta Pancasila dituntut sepanjang waktu? Ya, tentu saja. Sampai kapanpun seseorang menyandang gelar sebagai Duta Pancasila sudah tentu sepanjang hidupnya segala tindak tanduk perbuatannya harus mencerminkan nilai-nilai dalam Pancasila. Inilah yang sesungguhnya tidak sederhana. Tidak sesederhana orang-orang yang mengamatinya.
Lalu apakah pemerintah termasuk gegabah dalam memberikan gelar “duta” kepada seseorang? Yang melakukan kesalahan malah diberikan gelar? Sekali lagi yuk kita lihat dari sisi yang berbeda, ini adalah bentuk hukuman, dan seseorang yang terhukum tentu akan menjalankan masa-masa hukumannya dengan baik bukan? Setelah nilai-nilai kebaikan mendarah daging dalam dirinya maka diharapkan ia juga mampu secara terus menerus menebar energi positif kepada lingkungan di sekitarnya.
Bisa karena terbiasa. Setelah seseorang terbiasa melakukan hal-hal positif dalam hidupnya maka ia akan terbentuk sebagai manusia yang hidup dengan penuh manfaat dan senantiasa menebar energi kebaikan.
(dnu, ditulis sambil nungguin abang Go-Food datang dan mengetuk pintu dengan membawa martabak tipis kering keju, 8 Mei 2016, 20.13 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H