Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Inspirasi dari Tiga Sekolah Dasar

2 Mei 2016   15:42 Diperbarui: 2 Mei 2016   17:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya ingin berbagi tentang inspirasi yang saya dapatkan dari 3 orang guru Sekolah Dasar saya. Ketiganya amat berkesan, karena apa, karena mereka berasal dari 3 sekolah yang berbeda. Maklum, ketika usia Sekolah Dasar (SD) saya bersekolah di 3 SD yang berbeda. Dikarenakan satu dan lain hal maka saya sempat berpindah 2 kali, sehingga total ada 3 SD yang saya punya hehe...

Di SD yang pertama yaitu SDI Al Khairiyah, Bekasi. Ada satu guru yang hingga kini saya selalu terkenang kata-katanya dan nyaris membuat saya percaya diri menjalani hidup. Ust. Asy’ari, begitu beliau akrab disapa. Saat upacara bendera ia memberikan sambutan dengan sebaris kalimat seperti ini “walaupun sekolah kita berada di kampung, di pelosok, tapi kita harus tetap yakin bahwa dari sekolah ini akan lahir mutiara-mutiara yang indah dan akan berguna bagi agama, bangsa dan negara...”

Itu dia sebaris kalimat sakti yang saya pegang hingga kini. Jadi dimanapun kita bersekolah selama kita belajar dengan baik dan gigih meraih cita-cita, InsyaAllah akan dibukakan jalan untuk memudahkan semuanya J

Lalu SD yang ke dua, namanya SDN Pondok Gede III, Bekasi. Seorang guru cantik jelita berambut panjang dan sering sekali di kepang kala mengajar dulu. Namanya Ibu Yuli, namun kami biasa memanggilnya Bu Yul. Saat itu beliau terlihat masih muda belia, namun perkataan yang selalu ia sampaikan kepada anak muridnya sangat berisi dan mengandung banyak arti. Salah satunya yang hingga kini saya amiini dan selalu saya lakukan yaitu ia pernah berkata “Saya kalau mau ujian selalu minta doain sama Ibu saya, karena doa Ibu itu mujarab....” Saya ingat jelas perkatan beliau. Dan kalau tidak salah dulu saat mengajar kami di kelas 5 beliau itu masih melanjutkan studi S1nya. Maka, setiap kali akan ujian ia selalu meminta doa restu dari sang ibunda.

Bagaimana dampaknya buat saya sejak saat itu hingga kini? Yup, saya tidak pernah lupa meminta doa kepada Ibu saya saat akan menempuh ujian, lebih lagi jika bidang studi yang akan saya tempuh untuk ujian adalah yang termasuk sulit atau tidak mudah dipecahkan. Pasti dengan penuh harap sambil mencium tangan Ibu saya selalu memohon doa kepada beliau. Hasilnya apa? Ujian selalu bisa dilewatkan dengan tenang. Entah jawabannya 100% benar atau tidak, yang pasti tidak terjadi kepusingan, kebingungan dan kegalauan dalam menghadapi ujian tersebut. Karena apa? “Doa Ibu itu mujarab...”.

Terakhir SD yang ke tiga, namanya SDN Setu 04, hanya satu tahun saya bersekolah disini, kelas 6 saja, tapi memorinya masih ada disini, di hati ini hihi.... Namanya Bu Eni, guru kelas saya. Yang masih saya ingat dan saya aplikasikan hingga saat ini yaitu perkataan Bu Eni tentang sopan santun. Beliau pernah mengajari kami mengenai tata cara keluar masuk kelas, dimana kala itu teman-teman saya kadang keluar masuk kelas sesukanya alias tanpa izin dari sang guru hehe... Lalu Bu Eni berkata, “anak yang baik adalah anak yang mengerti sopan santun... yaitu dengan sering-seringlah menyampaikan maaf jika ingin melakukan sesuatu.... misalnya mau ke WC yaitu bilang Bu Maaf saya mau ke WC....”. Kata maaf itu artinya luas, seseorang bisa tersentuh hatinya jika kita mengucapkan kata maaf terlebih dahulu sebelum meminta sesuatu.

Nah, hal ini sejalan dengan berbagai pengetahuan yang saya dapatkan kemudian, bahwa perkataan Bu Eni itu sangat benar adanya. Pernah dengar ungkapan 3 kata sakti yaitu “terima kasih, maaf dan tolong”? Jika pernah, apakah telah konsisten mengaplikasikannya? Jika iya, sudah merasakan dampak positifnya? Pasti! Sama kan dengan perkataan Bu Eni tentang kata “maaf?” Luar biasa ya! Dan saya selalu berusaha agar tidak pernah lupa dengan 3 kata tersebut J

Semua guru menginspirasi dan semuanya mengisi relung hati. Tapi yang mampu saya tuliskan hanya 3 ini, kapan-kapan semoga bisa dituliskan semuanya J

Dan kini saya percaya bahwa seorang guru adalah benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa.

(dnu, ditulis sambil dengerin lagunya Nidji ‘Sumpah dan Cinta Matiku’ OST ‘Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck’ Hayati lelaaahh..... hahaha....., 2 Mei 2016, 15.04 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun