Apakah ia memikirkan kesehatan anaknya yang diguyur gerimis tersebut?
Lalu bagaimana jika anak yang digendongnya adalah bukan darah dagingnya? Alias anak orang lain yang dititipkan padanya untuk dijaga namun diperlakukan demikian? Entah perlakuan macama apa yang layak disebutkan.
Saya sebagai seorang Ibu dari dua anak, melihat kejadian yang demikian teganya tentu tidak bisa tinggal diam.
Banyak pertanyaan muncul dibenak saya kala siaran langsung tersebut terjadi di depan mata. Dia perempuan, dewasa, seperti seorang Ibu, kok tega berbuat demikian? Mengamen dijalanan, sambil menggendong anak balita tanpa payung atau penghalau air gerimis apapun.
Kok bisa ya?
Kok tega ya?
Dapat uangnya berapa sih sampai tega menghujan-hujankan anaknya seperti itu? Dibandingkan dengan kesehatan anak yang menjadi taruhannya apakan pendapatannya tersebut sebanding?
Sedianya masih banyak cara yang bisa dilakukan para orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengorbankan sang buah hati.
Tidak harus mengamen.
Seorang Ibu bisa menjadi buruh cuci.
Tidak harus mengamen.
Seorang Ibu bisa menjadi pembantu rumah tangga.
Dan masih banyak cara lainnya yang bisa dilakukan untuk kesejahteraan keluarga. Biarkan anak-anak tetap pada dunianya yang penuh dengan kegiatan berputar, berlari dan menari.
(dnu, ditulis sambil nahan laper, 14 Desember 2015, 10.45 WIB)