Tewasnya bocah Sekolah Dasar (SD) karena berkelahi dengan temannya yang terjadi di sebuah SD bilangan Jakarta Selatan telah menggegerkan berbagai kalangan pendidik dan orang tua. Berbagai pihak menyayangkan hal tersebut sampai terjadi. Terlebih lagi kejadiannya adalah di lingkungan sekolah yang notabene sekolah ada tempat yang seharusnya menjadi zona nyaman bagi seorang anak.
Selain itu keberadaan jajaran guru dan perangkat sekolah lainnya sudah sepatutnya menjadi payung pelindung bagi seluruh anak-anak yang ada didalamnya. Namun mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah perangkat sekolah lalai mengawasi kegiatan murid-muridnya? Atau kurangnya peran orang tua dalam mendidik perilaku anak di rumah? Atau ada hal lain?
Dalam diskusi malam lalu (21/9) di Kompasiana TV, sebagai salah satu hangouter, saya menyampaikan masukan atau usulan kepada Pak James selaku staff ahli Kemendikbud yang saat itu hadir sebagai salah satu narasumber.
Saya menyampaikan apakah memungkinkan jika dalam materi sertifikasi guru dimuat juga masalah penanganan anak, sehingga seorang guru yang telah tersertifikasi akan memiliki sense yang lebih baik terhadap anak muridnya. Selian itu guru juga bisa lebih peka terhadap hal-hal apa saja yang terjadi pada anak didiknya tersebut, sehingga jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sekolah maka seorang guru telah memahami apa saja yang harus ia lakukan sebagai upaya penanganan.
Dikatakan oleh Pak James, bahwa hal tersebut sebenarnya sudah lama diusulkan untuk ada dalam proses sertifikasi guru. Namun memang nasih terjadi pro kontra terkait hal ini. Demikian pula usulan tersebut diamini oleh Ibu Rita selaku perwakilan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang hadir malam itu. Beliau juga menyetujui agar seorang guru memiliki kepedulian yang lebih baik lagi pada seluruh anak didiknya.
Masih menurut Ibu Rita, saat ini banyak orang tua yang kurang peduli dengan kegiatan anak di sekolah. Contohnya jika anak pulang sekolah kebanyakan orang tua hanya bertanya “bagaimana sekolahnya hari ini, nilainya berapa dan ada PR atau tidak” itu saja.
Seharusnya ada kepedulian yang lebih lagi dari para orang tua, misalnya menanyakan “apakah ada teman yang nakal, hari ini main dengan siapa, bermain apa, senang atau tidak sekolahnya, dll”.
Hal ini sependapat dengan Ibu Sany selaku psikolog yang juga sebagai salah satu dari empat narasumber, mengatakan bahwa dibutuhkan suatu sinergi yang kuat antara guru dan orang tua dalam mendidik anak. Karena dari dukungan kedua belah pihak tersebutlah anak dapat benar-benar terlindungi dengan maksimal.
Pelaku seni Sys NS yang malam itu juga hadir sebagai nara sumber memiliki pandangan yang berbeda. Terjadinya hal-hal yang tidak diiginkan di sekolah bahkan hingga ada anak murid yang tewas, yang patut bertanggung jawab salah satunya adalah negara. Karena negara belum sepenuhnya memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah, belum adanya monitoring berkala dan pengarahan langsung kepada perangkat sekolah terkait penanganan anak didik.