Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duka Papua, Duka Muslim Dunia

19 Juli 2015   08:33 Diperbarui: 19 Juli 2015   08:33 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlebihankah judul diatas?

Untuk menentukan jawaban yang paling tepat coba bayangkan perumpamaan dibawah ini.

Tidak ingin menyudutkan agama apapun, hanya mengajak siapa saja yang berkenan untuk merasakan kenyamanan diri saat menunaikan ibadah atas keyakinan pribadi.

Saat kita sedang khusyuk; demikian istilahnya dalam agama saya (Islam), atau dengan kata lain tengah serius sekali atas penghadapan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui perwujudan suatu ibadah, tiba-tiba kita diserang oleh sekelompok orang.

Penyerangan bertujuan untuk membubarkan kegiatan ibadah kita.

Lebih miris lagi terjadinya tepat di Hari Raya agama kita, yang notebene hari raya adalah hari suka cita seluruh penganutnya. Hari terbaik dan terindah bagi siapa saja yang meyakininya.

Sekali lagi, tiba-tiba kita diserang, dilempari bebatuan dan seketika rumah ibadah kita dibakar tanpa sebuah alasan yang dapat dibenarkan.

Dengan ini saya mengajak kepada semuanya untuk membayangkan. Di hari rayamu, ditengah ibadahmu, ditengah penghadapanmu kepada Tuhanmu, tiba-tiba kamu dipaksa bubar atas ibadamu melalui serangan yang amat menyakitkan.

Agama adalah kepercayaan, dan setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing atas kepercayaanya sendiri-sendiri. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.

Dengan tetap tidak memihak suatu agama, sekali lagi artikel ini hanya ingin mengajak kepada siapa saja yang membacanya untuk kembali membuka mata tentang adanya suatu garis lurus untuk sebuah keyakinan.

Adalah urusan saya dengan Tuhan saya untuk agama yang saya anut dan ibadah yang saya tunaikan. Kasarnya sih demikian.

Biarkan orang lain beribadah sesuai kepercayaannya, maka kita akan tenang beribadah sesuai kepercayaan kita.

Agama apapun tentu tidak bisa menepis kesedihan dan kesakitan yang mendalam manakala dihari rayanya, saat menunaikan ibadah tiba-tiba dihancurkan segalanya begitu saja.

Terakhir, saya ingin menyampaikan satu pertanyaan, yaitu; apakah keyakinan yang dianut oleh seseorang berpotensi untuk merugikan orang lain yang keyakinannya berbeda?

Kali ini terjadi kepada umat muslim. Jika pernah terjadi pada umat lainnya, dengan tetap berusaha tidak menyudutkan agama apapun, judul artikel ini bisa menyesuaikan menjadi "Duka Suatu Agama, Menjadi Duka Seluruh Penganutnya Di Dunia"

(dnu, ditulis sambil beli Jus Alpukat di Indomaret yang ternyata Alpukatnya habis zzzz.... 18 Juli 2015, 19.45 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun