Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Puisi untuk Ayah

7 Oktober 2014   13:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh Hari Sudah, Semoga Jalanmu Dipermudah

Telah tiada, Ayah orang lain yang saya rasakan sebagai sosok Ayah saya sendiri.

Ayah yang sejak saya kecil ketika bertemu dengannya selalu saya cium tangannya dan memohon doanya untuk kelangsungan sekolah saya.

Ayah yang sejak kecil saya sekeluarga selalu mengunjungi rumahnya hanya sekedar memohon doanya untuk kelangsungan hidup kami sekeluarga.

Ayah yang selalu saya ingat alunan serak merdu suaranya.

Ayah yang selalu saya ingat akan sapaan lembutnya.

Ayah yang selalu saya ingat tentang goresan senyum manisnya.

Tapi kini Ayah sudah tiada, meninggalkan kami semua anak-anak lingkungan rumah yang sudah menganggap ia sebagai Ayah kami sendiri.

Kini tak akan ada lagi suara khas yang selalu memberi kesejukan melalui ceramahnya di rangkaian ibadah tarawih Ramadhan.

Tak ada lagi suara khasnya yang selalu saya dengarkan dari rumah saat memberikan pengajaran kuliah subuh dari masjid dekat rumah.

Tak ada lagi sapaan lembut seorang Ayah yang akan saya temui di tengah jalan.

Tak ada lagi pembawaan ramai tapi lembut dari seorang Ayah yang akan ditemui di Masjid setiap harinya.

Namun akan tetap selalu ada dibenak saya dan anak-anak lainnya tentang perangai Ayah yang begitu sederhana namun tetap bersahaja.

Ayah pergi dengan begitu tiba-tiba.
Ayah pergi dengan tanpa merepotkan siapa-siapa.
Ayah pergi dengan bahagia sebagai tanda hidup Ayah yang tanpa beban asa.

Tetapi apakah Ayah tahu?
Pergimu telah mengagetkan seluruh alam raya.
Pergimu telah mengundang tangis alam semesta.
Pergimu telah menorehkan pilu di hati kami semua.

Namun Ayah patut bahagia,
Ditengah derai air mata yang mengiringi kepergiamu, berjajar banyak lapis barisan shaf anak-anak dan kerabatmu yang turut berdoa untuk melepasmu. Saat jasadmu terbujur kaku di masjid itu.

Masjid yang biasanya dengan gagah Ayah memimpin sholat kami.
Masjid yang biasanya dengan semangat Ayah memimpin pengajian kami.
Dan masjid yang telah menjadi saksi atas semua rangkaian amal baik yang Ayah tunaikan setiap hari.

....semua berkat amal solehmu yang telah kau rajut sepanjang hidupmu...

Hari ini tujuh hari sudah Ayah meninggalkan kami semua...
Anak-anak tetangga yang telah menganggapmu sebagai Ayahnya sendiri.
Dan perlakuan Ayah terhadap kami adalah sebagaimana bagi anak-anak kandungmu sendiri.

Semoga perjalanan Ayah dipermudah.
Diberikan tempat yang paling baik dan paling indah di sisi Allah SWT.

Kami semua anak-anakmu yang akan selalu merindu suaramu.

Selamat jalan Ayah, kami selalu menyertaimu di dalam doa.

Dedicated to Bp. H. Mansyur, our beloved teacher in life.

We will miss you so daddy...

(dnu, who love him so much, 4 Oktober 2014, 15.25)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun