Mohon tunggu...
Dewi Novita Sari
Dewi Novita Sari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - PELAJAR

hobi saya menonton film mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berinai Jambi: Jejak Tradisi di Tanah Jambi

28 Februari 2024   17:48 Diperbarui: 28 Februari 2024   17:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BERINAI JAMBI : JEJAK TRADISI DI TANAH JAMBI

                              Dewi Novita Sari
         12 IPS 4, SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG

    Budaya menikah dari setiap daerah di Indonesia sangatlah unik, banyak sekali adat istiadat yang terkadang sangat bertentangan satu daerah dengan daerah lain, tetapi ada satu budaya di Jambi yang menjadikan adat istiadat pernikahan menjadi unik, Henna. Henna mungkin kita tahu sebagai tato yang diperbolehkan oleh agama Islam. Namun, awalnya bukan dari sana.

     Henna bukan sekedar pewarna alami, melainkan warisan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Jejak sejarahnya yang dipadukan dengan adat pernikahan henna menciptakan tradisi unik yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada artikel ini, kita akan menelusuri sejarah henna Jambi dan penggunaannya dalam praktik henna hingga transformasinya menjadi henna modern.


Sejarah Henna Jambi : Dari Peradaban Kuno Hingga Zaman Modern

    Henna diperkirakan sudah ada di Jambi sejak abad ke 7 Masehi, dibawa oleh para pedagang dari India dan Timur Tengah. Masyarakat Jambi memanfaatkan daun henna (nama lain henna) untuk berbagai keperluan, mulai dari pewarna pakaian, kosmetik, hingga ritual terapi. Penggunaan henna dalam adat pernikahan  diperkirakan muncul pada abad ke-14 seiring  masuknya pengaruh Islam.


Berinai: Ritual sakral sebelum menikah

    Ritual berinai merupakan tanda calon pengantin  akan menikah. Ritual ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum  pernikahan. Desain cantik dan bermakna diukir pada tangan dan kaki pengantin menggunakan henna berwarna coklat tua. Motif-motif ini melambangkan harapan akan kebaikan, kebahagiaan dan kesuburan dalam perkawinan. Tradisi berinai di Jambi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.

    Sebelumnya, ritual berinai dilakukan hanya dengan menggunakan lilin dan bahan-bahan alami. Ritual ini disebut "Malam Bai Nai".  Namun seiring  pengaruh modernisasi dan berkembangnya teknik melukis henna, malam bainai mulai tergantikan oleh henna modern.

Merubah Bahan Dasar tanpa Merubah Makna Dasar
    Berbahan dasarkan dari dedaunan yang harus diproses kembali menjadikan henna tradisional lebih sulit didapat dan digunakan dalam Malam Berinai. Oleh karena itu, banyak pihak yang mulai memproduksi bahan modern untuk Henna ini yang dipercayai masih sama dan tidak mengurangkan nilai dari bahan tradisional Henna. Produksi Henna di era modern tentu memudahkan masyarakat Jambi yang masih melaksanakan tradisi Malam Berinai.
    Henna modern menggunakan bahan-bahan yang lebih mudah didapat dan tersedia dalam lebih banyak variasi warna. Motifnya pun semakin beragam dan mengikuti tren terkini. Menggabungkan tradisi dan modernitas: Konservasi warisan budaya Meski mengalami perubahan, esensi  tradisi Berinai tetap utuh. 

Henna modern menjadi jembatan pelestarian warisan budaya Jambi. Dengan perubahan bahan baku bukan berarti nilai-nilai yang diberikan, doa-doa yang dipanjatkan, dan harapan yang dinaikan di Malam Berinai untuk sang mempelai wanita jadi menghilang. Ketika teknologi mempermudah budaya untuk dilaksanakan itu adalah hal yang harus didukung sembari kita terus menjaga nilai-nilai dari budaya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun