Puasa Ramadhan sudah menjadi kewajiban bagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Ternyata, kegiatan menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari yang diwajibkan selama satu bulan ini memiliki banyak sekali manfaat untuk tubuh, seperti menyehatkan jantung, ginjal, hati dan beberapa organ penting lain, dan juga dapat melancarkan peredaran darah. Tak hanya itu, puasa juga dapat mejauhkan diri dari segala pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
Di berbagai daerah yang di Indonesia, Puasa Ramadhan disambut dengan sejumlah kegiatan-kegaiatan. Kegiatan-kegiatan ini menjadi tradisi turun temurun yang masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi menyambut Ramadhan di Indonesia berinti pada mensucikan diri, saling bermaafan, dan menjalin silaturahmi.
Bulan Ramadhan memang harus disambut dengan penuh kegembiraan. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi." (Hadis shahih, dan diriwayatkan oleh An --Nasa'i)
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba, kali ini saya akan membahas bagaimana tradisi atau kegiatan apa yang dilaksanakan untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan di daerah saya.
Di daerah tempat saya tinggal tepatnya di Tulungagung Kami biasanya saat menjelang Ramadhan melakukan kegiatan tasyakuran antar warga. Kegiatan tasyakuran tersebut berlangsung di masjid pada tiga atau dua hari sebelum malam Ramadan tiba. Tradisi ini dilakukan guna untuk mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mana masyarakat telah diberikan kesehatan dan panjang umur sehingga bisa sampai pada Bulan Ramadhan. Biasanya kegiatan ini dimulai setelah magrib sampai setelah isya. Kegiatan tersebut diisi dengan pembacaan dzikir, Qasidah, dan ceramah mengenai keutamaan dan afdaliyat bulan Ramadan. Selain itu para warga juga membawa makanan untuk dimakan bersama-sama di masjid. Setiap keluarga ada yang membawa tumpeng dan ada pula yang membawa lauk-pauk beserta buah-buahan. Tradisi seperti ini bagi saya merupakan hal yang sangat positif, dikarenakan tradisi ini dapat memperkuat hubungan atau silaturahmi antar warga desa sehingga terjalinlah kerukunan antar sesama. Kegiatan ini diikuti oleh semua kalangan baik itu para sesepuh sesepuh, bapak-bapak, ibu-ibu serta kawula muda dan anak-anak. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang meriah di daerah saya pada saat menjelang bulan Ramadhan.
Dan ada pula kami melaksanakan kegiatan ziarah ke makam pada sore hari sehari sebelum Ramadhan tiba. Kami melakukan ziarah makam secara rutin pada saat sore hari sebelum Ramadhan dan juga sore hari sebelum malam takbiran Idul Fitri. Hal ini merupakan kegiatan positif guna menghormati leluhur leluhur dan juga keluarga kita yang sudah tiada dengan membacakan dzikir dan doa kepada mereka agar mereka ditempatkan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Biasanya banyak sekali yang ziarah ke makam-makam mungkin hampir di seluruh Indonesia juga demikian.
Pada saat malam Ramadhan tiba, pastinya kita langsung melaksanakan salat tarawih secara berjamaah dan itu diikuti oleh banyak sekali masyarakat islam. Setelah salat tarawih berjamaah kemudian ada sedikit kultum hingga akhirnya kegiatan selesai. Setelah berakhirnya kegiatan biasanya banyak orang-orang yang melakukan Tadarus Al-Quran dari setelah selesai tarawih hingga waktu sahur. Dan pada saat tadarus itu pula tak sedikit anak-anak kecil yang menyalakan kembang api di halaman-halaman rumah atau dijalan-jalan guna memeriahkan malam pertama di bulan Ramadhan yang indah ini.
Dan juga ada sebuah tradisi di daerah Jawa yang bernama tradisi Padusan. Padusan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tradisi Padusan biasanya dilakukan sehari sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Apa itu tradisi Padusan? Padusan berasal dari bahasa Jawa adus yang berarti mandi. Makna padusan bagi masyarakat Jawa adalah menyucikan diri serta membersihkan hati dan jiwa raga dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tujuan dari hal ini adalah agar saat Ramadhan datang umat Islam dapat menjalani Ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.
Jika dipelajari lebih dalam, Padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan intropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat oleh seseorang di masa lalu. Oleh karena itu, seharusnya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi. Dikarenakan dalam kondisi yang sepi tersebut akan muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik ketika melangkah dan memasuki bulan suci Ramadhan yang agung.
Dikutip dari laman Suaramuhammadiyah.id, Rabu (30/3/2022), budayawan Ahmad Charris Zubair menjelaskan dalam tradisi Padusan biasanya orang beramai-ramai mandi di telaga dalam rangka membersihkan diri. Laman Indonesia.go.id menjelaskan Puadusan merupakan tradisi warisan leluhur yang dilakukan secara turun-temurun.