Keterangan Gambar : Pedagang Lato-lato sedang mempraktekan cara bermainnya
Nur Dewi Mu'thi
Bogor, 18 Desember 2022
Rintik gerimis hujan membasahi Kota Bogor di sore hari, pada Selasa, 17 Desember 2022. Pedagang di Alun-alun Kota Bogor mulai membuka terpalnya untuk dijadikan atap pelindung yang melindungi dagangan mereka dari basahan air hujan. Namun, hujan tidak membuat sisi barat Alun-alun Kota Bogor yang dipenuhi dengan deretan pedagang kaki lima ini sepi pengujung. Setiap menitnya, kawasan ini selalu ramai dipadati pengunjung.
Di antara barang dagangan yang dijajakan, terdapat sejumlah pedagangan yang menjajakan mainan. Tidak terkecuali mainan berwarna-warni terang berbentuk dua buah bola keras yang pada masing-masing lingkarannya terdapat lubang yang dikaitkan dengan benang tampar elastis kecil dengan pegangan plastik kecil tepat di kedua bagian tengah benangnya. Mainan yang kini merambah di hampir seluruh pulau Jawa yang digemari oleh kebanyakan anak-anak hingga dewasa tersebut Bernama lato-lato.
Lato-lato sendiri memiliki ciri khas warnanya yang terang dan mecolok seperti merah mudah, hijau, kuning, biru, dan jingga. Yang dari keseluruhan warnanya seperti warna stabillo kertas. Mainan ini mempunyai suara yang nyaring "tok tok tok" seperti suara benda tumpul yang dihantamkan pada lantai.
Cara memainkan lato-lato cukup dengan menaik-turunkan pegangan plastik kecil tepat di kedua bagian tengah benangnya, sehingga kedua bola keras tersebut saling beradu di bawah tangan dan menimbulkan sudah ketukan yang nyaring. Jika pegangan plastik tersebut dinaik-turunkan secara cepat, maka kedua bola keras tersebut saling tidak hanya saling beradu di bawah tangan, tapi juga di atas tangan secara bergantian. Namun, tidak semua orang dapat melakukan gaya bermain tersebut.
Pak Ahmad merupakan salah satu pedangang lato-lato di Alun-alun Kota Bogor. Pria berusia hampir setengah abad ini mengaku baru mulai bejualan lato-lato sejak empat bulan yang lalu. Pedagang yang menggunakan perban coklat untuk menutupi tangan kanannya yang lebam ini memberi harga lato-lato dagangannya hanya Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) saja.
Pak Ahmad, yang saat ditemui menggunakan kaos berkerah yang berwana abu-abu dan hitam menjelaskan, bahwa pembeli yang datang padanya memang didominasi oleh anak-anak. Namun, tidak sedikit juga orang dewasa yang datang membeli barang dagangannya. Dengan dialek Sunda yang khas, pak Ahmad mengatakan, "Orang-orang yang abis beli teh, langsung minta diajarin, saha cara mainnya. Tangan kanan saya teh sampai bengkak ngajarin deui ngajarin deui".
Mainan yang pernah populer di era 1970-an ini belakangan kembali diminati banyak anak-anak hingga dewasa. Sebagian orang menyambut positif Kembali berjayanya mainan ini pada kalangan anak-anak. Karena beberapa orang tua menilai bahwa adanya lato-lato mengurangi intensitas screen time atau bermain dengan menggunakan handphone. Sehingga, anak-anak dapat melakukan interaksi sosial dengan kawan sebayanya.
Namun bagi sebagian orang yang lain, lato-lato dianggap membahayakan. Hal ini karena dua bola yang sangat padat dan keras ini dapat melukai siapapun terutama anak-anak yang kurang hati-hati dalam memainkan. Hal ini dapat dilihat seperti yang dialami oleh pak Ahmad selaku pedangang. Untuk itu, diharapkan penggunaan lato-lato pada anak harus didampingi oleh orang tua.