Hari Minggu, tangggal 20 Oktober lalu, Bangsa Indonesia telah memiliki Presiden baru dalam hal ini Presiden ke 8 yaitu Prabowo Subianto. Bersama wakil Presdien yaitu Gibran Rakabuming Raka.
Banyak pihak menilai bahwa pergantian pemimpin negara saat ini adalah proses yang paling smooth (mulus ) sepanjang sejarah Indonesia. Kita pernah mengalami pergantian Presiden dari Soekarno kepada Soeharto yang terlihat sangat pahit. Soekarno sebagai proklamator seakan sangat salah di amata Soeharto sehingga mengalami isolasi dalam rumah yang sangat terbatas berinteraksi dengan yang lain. .
Begitu juga Soeharto. Setelah memimpin selama 32 tahun, diturunkan paksa oleh mahasiswa dan kemudian wakilnya yaitu BJ Habibie, yang selama kepemimpinannya dicaci karena mengeluarkan kebijakan soal pelepasan Timor Timur dan kemudian tampuk presiden jatuh kepada Abdurrahman Wahid.
Gus Dur yang merupakan sebutan akrab dari Abdurrahman Wahid turun dari jabatan Presiden secara tidak enak karena ditunkan "di tengah jalan" karena beda pandangan dengan beberapa pihak, dan penggantinya adalah Megawati yang merupakan wakilnya. Begitu juga Megawati ke SBY yang diwarnai ketidakharmonisan sampai sekarang. Begitu juga dari SBY ke Jokowi yang diwarnai dengan sikap membiarkan. Tidak ada kata-kata perpisahan yang santun atau serah terima presiden yang smoth.
Baru kali inilah, pergantian kepemimpinan yang sangat mulus terjadi di negara kita. Tanpa saling merendahkan, namun saling memuji. Tidak ada konflik yang berarti dan esensial dalam pergantian presiden ini.
Memang ada maki-makian di sosial media, namun hal itu seperti imbas dati ketidakpuasan mereka terhadappenguasa lama dan berimbas ke penguasa baru. Mereka seakan mencari kesalahan atas kondisi yang sebenarnya sudah bagus ini- dimana tidak ada konflik horizontal.
Padahal jika kita pikir, selama sepuluh tahun mereka (Prabowo dan Joko Widodo ) bersaing mendapatkan tiket presiden baik tahun 2014 dan tahun 2019. Â dan selama itu juga terjadi keriuhan di mana -mana . Di alam nyata maupun dunia maya. Dan di beberapa media massa, keriuhan itu sangat nyata dan terbawa -bawa dalam jangka waktu lama. Konflik itu juga akhirnya juga ditunggangi oleh pihak-pihak yang menurut saya tidak relevan, seperti mengaiit-kaitkan politik itu dengan agama dll. Yang akhirnya beberapa dari kita terpancing.
Karena itu, pergantian kekuaaan yang nyaman dan damai ini adalah momentum unmtuk memperkuat persatuan dan persaudaraan kita sebagai rakyat Indonsia. Yang memang berbeda-beda tetapi satu juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H