Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila dan Agama Serta Langkah Positif Kita

17 Agustus 2024   00:24 Diperbarui: 17 Agustus 2024   00:29 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Periode Joko Widodo akan berakhir, dan akan dilanjutkan Prabowo Subianto yang akan memimpin Indonesia periode 2024 sampai 2029. Hubungan dan estafet pemimpin negara itu berlangsung sangat baik dan banyak dari masyarakat yang tidak merasa keberatan dengan hal itu, meningkat sampai pada akhir masa jabatannya, Tingkat kepuasan terhadap Jokowi tetap tinggi.

Proses peralihan tongkat kepemimpinan itu tak lepas dari bagaimana Presiden Jokowi saat itu mengangkat mantan lawan politiknya saat pilpres 2014 dan 2019 untuk menjadi Menteri pertahanan dalam kabinetnya. Padahal dua kali pilpres, persaingan antar keduanya amat keras. Strategi yang dipakai oleh salah satu kandidat saat itu sampai menyasar politik identitas untuk menggaet konstituen.

Mungkin sebagian dari kita ingat bahwa rakyat terjebak pada rasa benci kepada para pendukung lawan politik sang kandidat pujaannya. Mereka bahkan rela memproduksi ujaran kebencian dalam narasi-narasi kampanye. Ibarat pasukan, mereka saling serang dan saling serbu. Ironinya peluru yang mereka pakai adalah rasa benci. Rasa benci itu dipupuk selama hampir 8-9 tahun sampai menjelang pemilu 2024 lalu.

Bahkan pada pemilu tahun 2019, ada istilah cebong untuk pendukung kandidat Joko Widodo dan kampret, bagi pendukung Prabowo Subianto. Dalam media sosial mereka tak henti-hentinya saling serang. Peperangan dalam media sosial itu memberi dampak persahabatan yang terpisah, persaudaraan yang hancur dan rumah tangga yang terganggu.

Saat itu, hoaks juga merajai jagat maya. Dengan algoritma yang agak sulit dikendalikan oleh manusia, narasi-narasi soal kebecian satu sama lain makin banyak di kubu masing-masing. Algoritma sering membuat orang terjerembab  satu hal seakan kebenaran.

Namun semuanya sudah usai. TRansisi pergantian kepemimpinan dari Joko Widodo kepada Prabowo berlangsung dengan baik. Seperti halnya Singapura, pemimpinnya menyerahkan kepada penggantinya dengan baik sehingga program-programnya juga bisa diterukan dengan baik.

Sejatinya, inilah suasana kebangsaan yang harus kita syukuri. Negara lainpun menaruh respek kepada bangsa Indoensia sejauh ini. Semoga suasana ini juga menjalar pada hubungan warga dengan warga lain, meski berbeda keyakinan, berbeda bahasa dan berbeda warna kulit.

Bagaimanapun filosofi negara kita, Pancasila telah menjadi darah dan hawa yang kita hirup dalam kehidupan berbangsa kita. Agama yang kita anut juga memberi semangat untuk selalu berfikir dan bertindak positif. Kita bisa memakai keduanya (agama dan Pancasila) dalam setiap langkah kita ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun