Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perlunya Dialog di Kampus Siaga

15 September 2023   23:00 Diperbarui: 15 September 2023   23:05 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mahasiswa adalah kasta tertinggi dalam satu rentetan perjalanan pendidikan . Buktinya ? Kalau sebelumnya disebut siswa maka jika dia sudah berada di universitas maka diberi tambahan maha , sehingga dia disebut mahasiswa.

Mahasiswa tingkat strata satu, masih cukup dihargai di negara kita. Di beberapa negara maju, dimana sisi edukasi sangat diperhatikan pemerintah, banyak penduduknya adalah master (tamatan pasca sarjana) dan doktor (tamatan program doktoral).

Seperti kita tahu kampus adalah lingkungan dimana masing-masing pihak harus menghargai  pendapat yang mungkin berbeda. Kampus juga merdeka soal ide-ide yang mungkin berbeda atau bertentangan dengan pendapat secara umum. Warga kampus harus menghargai hal-hal seperti itu.

Apalagi kini kita berada di era reformasi dimana sistem negara menjamin kemerdekaan berbicara dan berpendapat, maka banyak sekali perbedaaan pendapat dari masyarakat. Kita bisa melihat banyaknya media massa yang muncul, bahkan sangat banyak. Kebebasan berpendapat ini rupanya membawa budaya baru kepada masyarakat yang itu mengemukakan pendapat. Sampai akhirnya sampai pada maraknya lontaran ujaran kebencian pada media sosial pada saat pilpres. 

Inilah yang menjadi concern kita bersama karena situasi ini seringkali dimanfaatkan oleh beberapa pihak.  Karena situasi ini seringkali menyebabkan adanya celah perdebatan dan kemudian disertai perpecahan. Paling bahaya jika hal itu disertai juga dengan agama yang mungkin sudah terkontaminasi dengan ajaran tertentu sehingga perpecahan semakin dalam.  Karena itu , butuh bangunan budaya dan sistem yang tepat dalam upaya membangun kampus siaga di kampus.

Karena itu ada baiknya dalam suasana menjelang pemilu seperti ini, kampus juga dikuatkan dengan berbagai elemen yang bisa diajak berdialog. Dengan dialog kita bisa membangun iklim kondusif dan saling terbuka . Dengan berdialog kita bisa saling mengenal dan memahami perbedaan yang mungkin tumbuh. Jika pemahaman itu ada maka diharapkan toleransi akan tumbuh juga.  

Kampus siaga dari radikalisasi adalah upaya proaktif untuk menjaga keamanan dan integritas lingkungan pendidikan tinggi. Sekali lagi tidak ada yang imun dari pengaruh paham ini. Kalangan terdidik pun menjadi mangsa dan korban dari proses radikalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun