Â
Keputusan pemerintah Indonesia yang membatalkan keberangkatan jemaah haji dinilai banyak orang sebagai langkah yang terburu-buru. Terlebih Arab Saudi belum memberikan daftar negara yang bisa mengirimkan jemaah haji pada tahun ini. Seperti diketahui, kita tidak memberangkatkan haji selama dua tahun berturut-turut.
Setiap tahunnya Arab memberikan kuota sebanyak 60 ribu jemaah haji. 45 ribu dari luar Arab Saudi, dan 15 ribu dari dalam negara Saudi. Pelaksanaan haji dan umroh tidak saja memberika devisa bagi negara itu tetapi juga banyak komponen masyarakat Saudi yang diuntungkan, mulai dari penginapan (hotel dan homestay), catering milik perusahaan dan perorangan, transportasi sampai pada bisnis oleh-oleh. Intinya dalam pelaksanaan haji dan umroh, negara itu mendapat keuntungan yang cukup banyak.
Apakah hanya pertimbangan keuntungan ekonomi saja sehingga Arab melakukan ritual haji termasuk pada masa pandemi ini ?
 Tentu saja tidak. Banyak hal yang harus dipertimbangkan Arab dalam pelaksanaan haji di masa pandemi seperti sekarang ini. Antara lain karena prosedur kesehatan yang harus dipenuhi oleh mereka sendiri salam pelaksanaan haji itu. Seperti jaga jarak dalam pelaksanaan haji, selalu menjaga kebersihan / kesehatan jamaah haji, sampai kebersihan makanan, penginapan dan transportasi.
Arab juga harus mempertimbangkan heterogenitas jemaah haji. Mereka berasal dari berbagai negara yang punya standar berbeda dalam menerapkan protokol kesehatan. Ada yang mulai membolehkan cipika cipiki, ada yang melarang. Ada yang memakai vaksin A, ada negara yang memakai vaksin B. Begitu banyak hal yang harus dipikirkan oleh Arab soal pelaksanaan haji tahun ini dan kita semua harus memaklumi apapun keputusan mereka.
Kembali soal pemerintah Indonesia yang mendahului keputusan Arab soal pembatalan haji. Indonesia sudah memutuskan bahwa kita tidak mengirimkan calon jemaah haji ke sana.
Tentu saja pemerintah kita sudah punya pertimbangan matang soal itu. Mulai dari pertimbangan kesehatan dan standarnya, soal budaya masyarakat dan perilakunya. Karena pada hakekatnya soal pandemi Covid-19 tidak semata soal kesehatan saja, namun juga menyangkut banyak hal, geografis, perilaku, budaya, agama dll. Kita bisa melihat fenomena pelaksanaan ritual agama Hindu di India memberikan dampak 'tsunami' Covid-19 yang luar biasa bagi negara itu.
Karena itu sekali lagi, sebuah negara dalam hal ini pemerintah , entah itu Arab saudi atau pemerintah kita akan selalu mempertimbangkan kemaslahatan umat . Pelarangan atau pembolehan atas sesuatu tentu berdasarkan atas banyak perimbangan.
Isyaalah untuk kebaikan kita bersama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H