Kita tahu bersama bahwa Ramadan sesungguhnya adalah momentum luar biasa bagai umat Islam. Ramadan tidak saja menjadi bulan suci penuh berkah tetapi juga mengandung histori suci bagi umat Islam.
Mungkin banyak yang lupa atau malah tidak tahu bahwa pada buan ini ribuan tahun lalu terjadi perang badar  dan umat Islam mengalami kemenangan.Â
Di bulan ini pula sejarah penakhlukan besar yang disertai dengan semangat rekonsiliasi fathu Makkah terjadi. Â Karena itu umat Islam menyebut bulan Ramadan sebagai bulan jihad (syahrul jihad)
Dalam konteks saat ini, konsep Ramadan yang membawa semangat jihad itu mungkin lebih cocok ditujukan untuk skala kecil yaitu diri sendiri. Misalnya dalam konteks ujaran atau perkataan kita. Jangan salah bahwa musuh kita bukan saja secara fisik tapi juga secara batin.
Ujaran atau perkataan kita bisa melukai orang dengan mudahnya melalui media sosial atau dengan perkataan langsung. Kemudahan teknologi mungkin membuat kita jauh dari rasa tepa selira dan pengendapan sehingga dengan mudahnya seseorang melontarkan hal-hal yang tak sesuai dengan kesantunan kepada orang lain. Atau dalam tataran relasi dengan orang lain, orang marah pada zaman ini jauh lebih mudah dibanding masa lampau karena kemudahan teknologi.
Padahal mungkin orang yang kita olok itu adalah seorang bapak yang sangat dihargai anak-anaknya. Atau ibu yang berjuang sendirian membesarkan anak-anaknya. Atau hal lain yang secara nurani sangat penting kita perhatikan. Dan kita sering berujar hal-hal yang tak sepantasnya kepada mereka.
Dalam hal ini apa yang harus kita perhatikan?
Kita harus perhatikan bahwa setiap manusia punya dua sisi kehidupan baik dan buruk. Dengan ketaqwaan yang penuh kepada Alloh , hati kita biasanya dibimbing kepada nurani yang baik itu. Kita harus ingat bahwa apapun yang bersifat baik itu berasal dari Alloh dan sebaliknya yang hitam dan tak layak dicontoh adalah dari setan.
Bimbingan Alloh menyertai kita jika kita dengan tekun selalu dekat denganNya, melalui salat lima waktu, doa-doa yang dipanjatkan, salat tarawih serta amalan baik yang disarankan oleh Alloh. Setan dalam diri kita biasanya ikut bersuara dan jika kita lengah dan tak sedang dekat dengan Alloh maka pertahanan kita akan jebol dan setan menguasai kita.
Di titik itulah kita harus berjuang melepaskan diri dari setan. Kita harus jihad melawan musuh yang bisa saja adalah keinginan untuk memegahkan diri, membuat orang terlihat buruk dengan ujaran dan olok olok yang tidak sepantasnya.
Di sinilah konsep perang badar bisa diterapkan untuk melawan nafsu amarah dan hitam kita. Ramadan adalah momentum bahwa menahan diri adalah hal penting dari semua sikap hidup kita. Menahan tidak saja pada makan dan minuman tetapi juga pada nafsu amarah, nafsu menguasai/ serakah dll. Mari kita bersama-sama memaknai Ramadan dengan konsep dan sikap hidup yang benar. Dengan begitu kita makin dekat dengan ridho Alloh.