Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia dan Ulama

22 Maret 2018   09:55 Diperbarui: 22 Maret 2018   10:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
radio silaturahim.com

Indonesia yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam , beberapa diantara mereka merupakan ulama. Ulama adalah gelar keagamaan yang asal katanya dari bahasa Arab yang arti ansichnya adalah ilmuwan.

Menurut Muhammad Quraish Shihab pakar tarsir kontemporer, ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah SWT, baik yang bersifat fenomena alam maupun soal kandungan Alquran. Ulama sering mendapat gelar pewaris para nabi.

Karena gelarnya yang merupakan pelaksana ajaran Allah SWT dan tidak akan jauh dari tugas kenabian. Diantara tugas itu adalah menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.  Seruan kebaikan itulah yang dominan dalam tugas-tugas sebagai ulama itu.

Dalam konteks negara, agama Islam juga mengajarkan bahwa negara didirikan untuk mengatur dan mewujudkan cita-cita bersama yaitu kesejahteraan bagi rakyatnya. Begitu muliannya cita-cita negara, maka semua komponen masyarakat harus membantunya, termasuk para ulama yang menjadi panutan bagi masyarakat.

Secara politik dan kepemimpinan , Indonesia mengalami pasang surut. Kita mengalami orde lama, orde baru, reformasi dan kemudian pasca reformasi seperti sekarang ini. Banyak hal atau gangguan yang menerpa negara kita seperti pemberontakan, krisis ekonomi hingga kepercayaan. Gelombang badai yang menerpa negara itu seharusnya dilawan dengan melibatkan semua komponen masyarakat.

Seperti yang pernah kita hadapi dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada ) Jakarta setahun lalu. Di ajang itu kita menyaksikan bahwa politik identitas yang dikaitkan dengan agama sangat dominan atau sangat berpengaruh pada perolehan suara akhir pada kontestasi.  Dampak dari proses yang kita sebut sebagai demokrasi itu sangat parah, terutama pada remaja dan anak-anak yang tak sengaja juga ikut menenggak residu dari ujaran-ujaran kebencia yang bernafaskan agama kala ini.

Yang paling memprihatinkan adalah adanya ulama-ulama yang terlibat pada gerakan demo-demo yang menentang negara dan ingin mendirikan negara berdasar agama. Indonesia dianggap oleh mereka sebagai negara yang pelaksanaannya bertentangan dengan syariat.

Seperti di awal tulisan ini, kita tahu bahwa ulama adalah pewaris nabi. Tetapi kita yakin bahwa para nabi juga tidak mengajarkan mempertentangkan negara yang bertujuan menyejahterakan rakyat untuk mewujudkan negara agama.  Padahal tidak semua setuju mewujudkan negara agama itu, karena banyak komponen masyarakat yang tidak beragama Islam.

Karena itu, mungkin kita bisa memberi masukan di sini bahwa  sebaiknya para ulama membantu aparat negara untuk mewujudkan cita-cita bersama. Bukan malah menghambatnya. Indonesia ditakdirkan untuk berbeda dan bukan hanya satu warna. Sehingga alangkah eloknya jika para ulama itu mempengaruhi masyarakat dengan cita-cita bersama itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun