Bali menjadi tujuan pada kuliah lapangan program studi S1 Pariwisata mahasiswa semester 5 pada tahun 2024. Kuliah lapangan ini memakan waktu 5 hari 2 malam dengan berbagai macam destinasi wisata yang akan dikunjungi oleh mahasiswa nantinya. Perjalanan ke Bali pada kuliah lapangan ini dimulai pada tanggal 4 November dan berakhir pada tanggal 8 November 2024. Destinasi yang dikunjungi juga beragam, mulai dari The Bloom Garden, Desa Wisata Batuan, Pantai Kuta, Pantai Melasti dan Garuda Wisnu Kencana. Tak lupa kuliah lapangan ini juga mengunjungi The Keranjank dan Joger sebagai tempat oleh-oleh.Â
Salah satu yang menarik perhatian yaitu pertunjukan yang ada di Garuda Wisnu Kencana. Bagaimana tidak? Saat sesampainya di Garuda Wisnu Kencana, mahasiswa telah disuguhkan oleh pemandangan asri dan juga bangunan megah yang terbuat dari batuan. Namun tentu saja, untuk melihat bangunan utama dari Garuda Wisnu Kencana, mahasiswa perlu berjalan beberapa ratus meter. Mulai dari pintu masuk, mahasiswa harus menaiki beberapa anak tangga, walaupun hanya beberapa kegiatan ini cukup melelahkan karena mahasiswa mengunjungi Garuda Wisnu Kencana pada sore hari sehingga cukup terasa melelahkan. Namun, sesampainya diatas, mahasiswa disambut oleh salah satu patung besar yang menarik perhatian untuk berswafoto.
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan menuruni beberapa anak tangga, dan sampailah di lapangan hijau besar. Banyak wisatawan yang sedang bersantai di rerumputan hijau itu. Mahasiswa juga disuguhkan kembali oleh patung raksasa berbentuk kepala Garuda. Kegiatan berswafoto dilakukan kembali. Ada beberapa mahasiswa yang tetap di area berikut sembari beristirahat, ada pula yang melanjutkan perjalanannya menuju patung utama dari Garuda Wisnu Kencana. Kembali menuruni beberapa anak tangga dan terdapat lapangan yang cukup luas yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pertunjukan dari Garuda Wisnu Kencana. Setelah melewati lapangan tersebut, mahasiswa melewati 2 tebing batu dan terlihatlah lapangan luas. Namun lapangan ini bukanlah rerumputan, melainkan jalanan biasa. Mulai dari sinilah perjalanan sedikit mendaki karena jalan cukup menanjak.
Setelah beberapa menit menanjak, sampailah di patung utama dari Garuda Wisnu Kencana yang megah. Pada area tersebut terdapat rerumputan hijau dan kolam air mancur. Patung Garuda Wisnu Kencana berada di sebuah gedung yang pada lantai 1 terdapat beberapa patung kecil yang memiliki filosofi tersendiri. Patung ini diperjualbelikan dan rata-rata harganya dimulai dari 1.000.000,00. Untuk menaiki gedung menggunakan lift, wisatawan harus membayar lagi sehingga para mahasiswa memutuskan hanya di lantai 1 saja sembari berswafoto.Tak terasa hari semakin sore, sehingga mahasiswa memutuskan untuk turun guna melihat pertunjukan yang ada di area lapangan rerumputan. Sesampainya disana, sudah dipenuhi oleh wisatawan hingga pada tangga-tangga yang ada di sekitar area. Sebelum dimulainya pertunjukan, terdapat kegiatan "ngibing" yaitu penari mengajak wisatawan menari bersama, barulah kemudian pertunjukan dimulai.Â
Saat pertunjukan akan dimulai, terdapat pemberitahuan informasi bahwa wisatawan diharapkan scan barcode yang ada guna lebih paham dan mengetahui cerita yang akan dibawakan nanti. Dalam scan tersebut terdapat versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sehingga wisatawan mancanegara tidak perlu khawatir. Cerita yang diusung kental akan area yang digunakan dalam pertunjukan tersebut, yaitu "Awal Mula Garuda Wisnu Kencana". Pada babak I, diceritakan kecurangan yang dilakukan Dewi Kadru terhadap Dewi Winata sehingga Dewi Winata dijadikan budak oleh Dewi Kardu. Pada babak II, diceritakan Dewi Winata meratapi kesedihannya dan hal ini diketahui oleh Garuda. Garuda mengepakkan sayapnya menuju swargaloka tempat para dewata. Babak III menceritakan bagaimana beringasnya Garuda demi menyelamatkan sang ibu Dewi Winata. Bahkan Dewa Yama pun tak mampu mengendalikan Garuda. Pada babak IV, Dewa Wisnu merasa terusik sekaligus kagum sehingga ia memberikan apa yang diinginkan oleh Garuda yaitu tirta amerta untuk membebaskan Dewi Winata dengan syarat saat Garuda berhasil, ia harus bersedia berbakti sebagai tunggangan dari Dewa Wisnu.Â
Pada sela-sela babak, terdapat komedi yang mengajak para wisatawan berinteraksi sehingga suasana semakin meriah. Namun, ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari pertunjukan ini. Menurut penulis, pertunjukan ini melebihi kapasitas wisatawan karena ada beberapa wisatawan yang duduk di rerumputan yang dilarang karena tidak terlihat. Selain itu, saat pertunjukan telah berakhir, wisatawan berhamburan keluar dan hanya terdapat 1 pintu keluar. Menurut penulis, hal tersebut tidak efektif dan kurang baik dalam kebijakan flow atau alur dari wisatawan. Jarak antara pintu keluar dan juga parkiran cukup jauh sehingga wisatawan memerlukan waktu yang cukup lama untuk berjalan menuju tempat parkir. Tempat sampah juga perlu diperhatikan penempatannya sehingga wisatawan tidak perlu kesulitan dalam mencari tempat sampah.Â
Terlepas dari beberapa kritik, pengalaman di Garuda Wisnu Kencana menjadi salah satu pengalaman yang berkesan saat berkunjung ke Bali. Tidak ada salahnya jika baru mengunjungi Bali untuk pertama kali dan memilih Garuda Wisnu Kencana sebagai salah satu tujuan untuk berwisata. Pengalaman yang ditawarkan melalui pertunjukan budaya dan patung-patung yang begitu megah mungkin tidak dapat ditemukan di tempat lain karena kental akan nuansa dan budaya Bali. Sehingga penulis mengapresiasi besar atas pertunjukan yang ada di Garuda Wisnu Kencana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H