Bapak,
Aku duduk di sini
Bersama malam dan sepi
Malam penuh kenikmatan
Bersama jangkrik dan tikar hijau
Mungkin kau tahu, dan mungkin juga tersenyum
Aku sedang menahan pagar gejolak jiwa yang sebentar lagi runtuh
Kala kegalauan mulai merundungku
Kala derita mulai menghisap darahku
Kau pernah bilang kepadaku
Untuk tetap berada di dalam pagar
"Hati-hati dengan kakimu!", katamu jika aku hendak lari
Bapak,
Aku bak orang gila yang menari tanpa irama
Hingga satu kali aku memeluk pepohonan yang kuanggap dirimu
Bapak,
Aku sedang berada di ruang hampa
Namun aku bernafas lega
Setiap kalimatmu adalah sabda
Dan aku sudah membuatmu tertawa
Bapak,
Waktunya lilin ini padam
Dan segera kuusir hantu-hantu sebelum aku berada di dekatmu
Bersama mendung yang menggelantung
Ijinkan aku menumpahkan reruntuhan
Setidaknya malam ini saja
Untuk kembali mengisi ruang-ruang cita yang tertunda
Yogya, 11.03.21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H