Andai kamu pahami, Tuan.
Selimut mendung tak mampu mengubah semangat mentari.
Begitu juga kebekuan suasana, tak mampu mengubah cahaya dalam diri.
Serpihan air kala hujan tak mengurungkan  hasrat.
Begitu juga tetesan air mata, tak akan menghentikan semangat.
Andai kau pahami, Tuan.
Tetes keringat tak mampu terbendung kala perjalanan begitu mengharukan.
Namun dunia menyediakan waktu, untuk membuat semuanya menjadi "sesuatu".
 Kala ombak ganas begitu keras menerpa karang, para insan masih saja berdiam menikmati.
Dan kau tahu Tuan, ada yang indah meski terpaan itu keras menghantam.
Andai kau pahami, Tuan.
Tiupan angin menggeliatkan pesona mawar merah.
Yang merona namun berduri.
Kau akan pahami, biarkan duri hatimu tersimpan baik-baik.
Dan indahkan dirimu dalam senyuman.
Andai kau pahami, Tuan.
Segalanya akan baik-baik saja.
Meski beragam duri, hantaman ombak kau tebarkan bersama panasnya api.
Segalanya adalah indah.
Dan kau akan pahami, dunia adalah waktu terbaik bagi jiwa.Â
Yogya, 12.12.20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H