Pagi-pagi setelah menulis artikel berjudul 'Jejak Kenangan Dua Windu Bersama Kompasiana' aku bersiap jalan-jalan bersama Teteh. Tujuan kami kali ini adalah ke Bunderan Hotel Indonesia.
Aku sengaja menggunakan moda transportasi publik Transjakarta dari Bunderan Senayan menuju Bunderan HI. Ternyata terlihat di layar harga tiketnya hanya 1 rupiah. Wahhh ... Senang sekali.Â
Rasa senang itu tampak di wajah-wajah ceria para penumpang. Beberapa rombongan yang terdiri dari orang tua beserta anak-anak, bahkan ada yang mengajak kakek dan nenek mereka. Namun terlihat mereka belum familiar menggunakan moda transportasi yang pada hari biasa memiliki tarif Rp. 3.500,-
Ada juga yang salah membawa kartu. Dia menggunakan kartu khusus KRL yang tidak bisa digunakan untuk Transjakarta. Antrian panjang di Halte Bunderan HI karena ada pelanggan yang kesulitan melakukan tap in dan tap out. Alhamdulillah tampaknya para petugas sigap menangani masalah tersebut.Â
Selain naik Transjakarta, Teteh juga beberapa kali naik MRT untuk menuju ke Lebak Bulus atau Fatmawati. Gerbong kereta yang bersih, nyaman, dingin, aman, dan cepat. Pembangunan jalur MRT sedang berlanjut hingga nanti akan berakhir di Kota Tua Jakarta.
Momen hari pertama pada tahun 2025 benar-benar dinikmati oleh para pengguna Transjakarta, MRT, dan LRT. Sudah seharusnya sebuah kota metropolitan seperti Jakarta memiliki moda transportasi publik yang terintegrasi dengan baik. Tarif yang terjangkau oleh warga dan kemudahan akses, kenyamanan, dan keamanan dapat meningkatkan minat warga untuk beralih menggunakan moda trasportasi publik.
Aku yang bertempat tinggal di daerah Kramatjati, Jakarta Timur memiliki akses yang mudah menuju halte Pasar Kramatjati. Rute yang biasa aku gunakan adalah Kampung Rambutan - Kampung Melayu, kemudian beralih di halte PGC untuk naik rute PGC - Juanda atau PGC - Grogol. Bila ingin ke Blok M, hanya sekali saja aku bisa naik rute Kampung Melayu - Blok M.
Baca juga artikel terkait di sini: Serunya Hangout di Kawasan Blok M