Teteh dan teman-temannya adalah anak-anak yang semenjak bayi tinggal di perkotaan. Tempat tinggal mereka tidak dekat dengan alam pegunungan seperti gunung, bukit, sungai, sawah, kebun, air terjun, atau danau. Tidak juga dekat dengan pantai dan laut.Â
Sepuluh hari tinggal di desa memberikan pengalaman untuk Teteh yang sangatlah mengesankan. Bagaimana tidak?
Desa Sirnajaya dekat dengan Gunung Simbut dan Gunung Butik Buligir, serta Situ Rawa Gede. Teteh mendapatkan pengalaman berharga bisa berpetualang di Desa Sirnajaya. Sekaligus memotret kehidupan anak-anak desa yang luar biasa dan sangat menginspirasi.
Memotret Kehidupan Anak-Anak di Desa
Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung berfirman di dalam Al-Qur'an, "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran." (QS. Al-Hijr : 19).
Sedangkan anak-anak di Desa Sirnajaya, khususnya anak sekolah dasar di tempat Teteh melaksanakan Program Pengabdian Masyarat sungguh dekat dengan alam. Sehari-hari mereka bisa bermain dengan leluasa di sungai berbatu besar dengan airnya yang jernih. Hamparan sawah dengan latar gunung tersaji di dekat rumah dan sekolah mereka. Bila ingin menikmati danau dan air terjun tidak lebih dari 30 menit sudah sampai.
Belum lagi udara segar karena masih banyak pepohonan tumbuh subur di sekeliling rumah. Kicau burung dan nyanyian serangga dapat dinikmati sejak pagi hingga malam hari. Walaupun di rumahku ditanam pohon tanjung, kamboja, kelor, dan mangga, tetapi tidak serimbun di desa tentunya. Ada juga pagi hari suara burung yang memang tinggal di pohon tanjung tetapi tidak seriuh di desa.
Sore hari setelah mengajar di sekolah, Teteh biasanya istrahat dan mengerjakan tugas di rumah penduduk yang menjadi basecamp. Suatu sore, Teteh dan teman-temannya sengaja meluangkan waktu bermain di sawah. Dekat sekali dengan rumah ada juga sungai kecil yang berair jernih. Bebatuan besar menambah indah suasana di sungai yang airnya terasa dingin menyegarkan.