Melansir dari Kompas.id bahwa sebagian publik Indonesia menyambut tahun 2024 dengan sejumlah kekhawatiran karena kondisi perekonomian global masih penuh dengan ketidakpastian.
Kemarin aku mendapat cerita tentang seorang pekerja di sebuah perusahaan tiba-tiba saja mengalami PHK. Perusahaan tutup mendadak. Bahkan pagar utama digembok dan dijaga aparat keamanan. Bukan hanya seorang -dua orang saja yang mengalami perubahan emosi dan moods dengan adanya peristiwa tersebut. Tidak sedikit pekerja mengalami gangguan mental akibat tidak lagi memiliki pekerjaan dan merasa sangat kecewa dengan kebijakan perusahaan.
Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun bagi keluarga pekerja tersebut untuk menata kembali kesehatan mental dan finansial keluarga, terutama kepala keluarganya. Berganti pekerjaan dan mulai dari nol pada usia yang tak muda lagi sungguh tidak mudah. Padahal kebutuhan keluarga tentu saja tidak juga tiba-tiba bisa dihentikan ketika penghasilan keluarga berhenti seketika.
Cerita lainnya aku dapatkan dari beberapa teman yang sebentar lagi akan pensiun di usia 56 tahun. Secara fisik dan kognitif mereka masih sangat produktif. Namun, mau tidak mau harus menerima kebijakan perusahaan yang menentukan usia pensiun tersebut. Nah ... Mereka ini kebanyakan mengalami masalah emosi dan moods dalam bekerja di masa menjelang pensiun. Lebih parah lagi ketika pensiun ada juga mengalami gangguan mental. Â Walaupun ada juga jenis pekerjaan lain seperti guru dan dokter PNS yang memiliki usia pensiun 60 tahun atau dosen pensiun di usia 65 tahun. Ada juga profesi yang tak mengenal pensiun seperti konsultan atau tenaga ahli di perusahaan swasta, pengacara swasta, dokter sebagai profesi, atau pengusaha/pemilik perusahaan swasta, petani, pedagang, dan masih banyak lagi.
Bercermin pada kisah cerita di atas, mari kita pelajari bagaimana emosi dan moods berpengaruh pada pekerjaan? Bagaimana para pekerja bisa bangkit kembali ketika mengalami peristiwa traumatis seperti kehilangan pekerjaan atau di PHK? Bagaimana gangguan mental bisa terjadi serta cara mengatasinya agar tidak mengganggu pekerjaan?
Membahas tentang emosi biasanya tidak dilakukan sebagai terminologi yang berdiri sendiri. Dalam kehidupan organisasi atau perusahaan sehari-hari menunjukkan kepada kita bagaimana emosi pada umumnya dan emosi yang sangat kuat terjadi. Kemarahan dan kecemburuan merupakan potensi emosi, sering menyingkirkan logika dan rasionalitas di tempat kerja.
Terdapat tiga terminologi yang saling terkait yaitu, affect, emotions, dan moods. Emosi adalah peristiwa pengalaman fisiologis, perilaku, dan psikologi terhadap suatu objek, orang, atau kejadian yang menciptakan keadaan kesiapan. Ada juga pengertian lain, emosi adalah reaksi yang kompleks, terpola, organismik pada bagaimana kita berpikir dan melakukan usaha dalam jangka panjang untuk bertahan dan tumbuh subur serta mencapai apa yang kita harapkan untuk diri kita.
Sumber emosi dan moods terdiri dari:
- Personality, kecenderungan seseorang mengalami moods dan emosi tertentu tidak sama satu dengan yang lainnya.
- Day of the week and time of the day, orang cenderung berada dalam moods paling buruk di awal minggu dan dalam moods terbaik di akhir minggu.
- Weather, banyak orang yakin bahwa moods mereka terikat pada cuaca -panas atau dingin-.Â
- Stress, kejadian sehari-hari dalam pekerjaan yang menegangkan secara negatif mempengaruhi moods. Menaikkan tingkat stres dapat memperburuk moods dan kita mengalami emosi lebih negatif.
- Social activities, bagi kebanyakan orang aktivitas sosial dapat meningkatkan moods positif dan mempunyai pengaruh kecil pada moods negatif. Aktivitas seperti olahraga, kuliner, atau informal lebih kuat dalam peningkatan moods positif.
- Sleep, kualitas tidur mempengaruhi moods. Mahasiswa dan pekerja yang kekurangan tidur melaporkan perasaan kelelahan, kemarahan, dan permusuhan lebih besar. Salah satu alasan adalah bahwa tidur yang buruk atau kurang akan mengganggu pengambilan keputusan dan membuat sulit untuk mengontrol emosi. Tidur yang buruk juga mengganggu kepuasan kerja karena orang merasa lelah, lekas marah, dan kurang waspada.
- Exercise. latihan memperbaiki moods agar mendapatkan moods yang positif.
- Age, orang muda tidak mengalami emosi positif ekstrem. Pada usia semakin tua emosi negatif semakin berkurang.Â
- Gender, banyak orang yakin bahwa perempuan lebih emosional dari laki-laki. Kenyataan memang perempuan lebih ekspresif dari laki-laki secara emosional. Perempuan mengalami emosi lebih kuat dan cenderung berpegang pada emosi lebih lama daripada laki-laki.
Apakah kecerdasan emosi itu? McShane dan Von Glinow mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah sekumpulan kemampuan untuk merasakan dan menyatakan emosi, mengasimilasi emosi dalam berpikir, memahami dan alasan dengan emosi, menghubungkan emosi dalam diri sendiri dan orang lain.