Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah Moral Hazard dan Kegagalan Demokrasi

30 Maret 2024   14:12 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:03 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku berkunjung ke kawasan Lagoi Bintan. Sumber gambar dokumen pribadi.

Dini hari yang sunyi di kota paling sibuk se-Indonesia. Telingaku hanya mendengar gemercik air terjun kecil dari kolam depan rumah. Aku menggeliat, membuka mata yang masih terasa lekat, menghela nafas dalam-dalam hingga rongga paru terasa penuh, kemudian menghembuskannya perlahan. Lima kali aku ulangi proses tersebut, kemudian beringsut duduk di pinggir tempat tidur. Kepala, tangan, dan kaki digerak-gerakan agar rasa segar segera menghampiri diriku.

"Alhamdulillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur. Ya Allah ... Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan" 

Aku melirik jam dinding di kamar. Waktu baru saja menunjukkan angka 03.03. "Ayo ... Semangat Dewi!" batinku sambil menepuk pipi agar aku segera bangkit dan melaksanakan ritual yang afdholnya dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir. Inilah waktu di mana Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia begitu dekat dengan hamba-Nya. 

Kehebohan dunia tinggalkan sejenak. Bermunajat kepada pencipta diri ini tentang segala permasalahan yang ada. Masalah diri hingga masalah negara tercinta Indonesia. Allah Yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana adalah tempat kita bergantung dan memohon pertolongan. Langitkan juga doa-doa terbaik dalam saat bersujud di bumi tentang tujuan hidup ini untuk selamat di dunia dan di akhirat kelak.

Kicau burung menyambut pagi yang cerah. Waktunya melihat dunia dengan bekal spritual yang kokoh. 

Kali ini aku membuka sebuah buku berjudul 'Kegagalan Demokrasi' yang ditulis Elpi Nazmuzzaman dan diterbitkan oleh BIGS (Bandung Institute of Govermance Studies.  Sekitar satu jam aku baca dan renungkan tentang kejadian yang mengganggu pikiranku.

Pertama tentang korupsi berjamaah yang dilakukan oleh penjahat haus harta dan pelanggar hukum di negara yang baru saja menjalankan proses demokrasi berupa Pemilu. Miris dan rasanya sebagai rakyat sungguh tidak rela, jika uang yang seharusnya untuk kepentingan negara dan rakyat, malah masuk dompet para penjahat. 

Ya! Aku tidak segan mengatakan para koruptor itu adalah para penjahat. Lihat saja kehidupan pribadi dan keluarga mereka yang glamour dan mewah. Barang luxury branded, traveling ke mancanegara, perhiasan berkilau berupa emas dan berlian, scincare ratusan juta, kendaraan milyaran tidak hanya mobil, bahkan jet pribadi pun dimiliki. Itu semua hasil dari kejahatannya merampok uang negara. Sungguh terlalu!

Sedangkan di sini ... Dekat-dekat saja dari rumahku. Ada seorang kakek yang berjualan asinan setiap hari keliling keluar masuk gang untuk sekedar mendapat keuntungan 50 ribu. Sesekali malah kadang rugi karena uang dari pembeli tak sampai balik modal. Ada lagi seorang nenek yang menjadi buruh cuci setrika karena masih harus membiayai cucunya yang ditinggal kabur ayahnya. Begitu juga seorang penjual sayur keliling yang tangan kanannya patah jatuh dari sepeda tetapi harus tetap berjualan. Janda berusia 60 tahun ke atas ini tetap harus mencari nafkah sendiri. 

Aku berkunjung ke Belitung, pulau penghasil timah tersebsar di Indonesia. Sumber gambar dokumen pribadi.
Aku berkunjung ke Belitung, pulau penghasil timah tersebsar di Indonesia. Sumber gambar dokumen pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun