"Harga bensin naik nih buat motor si Joni ... Pertalite jadi Rp. 10.000 perliter. Berat ..." seru babeh Mamat yang sedang nongkrong di pos satpam komplek.
"Waaahhh ... Jalanan macet! Parah ... Padahal cuma dari rumah ke sini sekiloan doang loh bisa sampe setengah jam," kata mba Sri yang melintas di depan rumahku.
"Bu ... Aku jalan dulu ya. Mau naik TJ aja, lanjut KRL ke kantornya," pamit suamiku pagi ini. Aku tersenyum dan mencium punggung tangannya yang wangi he3 ...
Jalan kaki adalah gerakan melangkah ke depan bergantian dengan kedua kaki tetap menapak pada tanah dengan kecepatan sekitar 1--4 km/jam.
Pengalaman Masa Kecil Jalan Kaki Ke Mana-mana
Aku dan suami sejak dulu selain suka gowes: sepedaan santai, juga suka jalan kaki. Ketika di bangun halte Transjakarta dekat rumah (sekitar 250 meter saja), kami makin senang menggunakan transportasi publik untuk berbagai keperluan di dalam Kota Jakarta. Jalan kaki dari rumah menuju halte dilanjutkan naik TJ dan KRL di stasiun Kalibata menuju stasiun Gondangdia.
Jarak satu kilometer dari stasiun Gondangdia ke kantor bisa ditempuh 15-20 menit berjalan kaki santai saja. Menurut suamiku yang agak mengganggu adalah naik turun tangga di halte dan stasiun.Â
Maklum masih menggendong tas ransel yang cukup berat berisi laptop dan seperangkat alat kerja. Oya ... Polusi udara dari knalpot kendaraan juga sangat terasa mengganggu. Untungnya sekarang kita terbiasa mengunakan masker.
Jalan kaki adalah moda transportasi paling keren menurutku. Waktu SD aku tinggal di daerah Cikoko Pancoran. Sekolahku di Tebet Barat. Nah ... Aku dan adik-adik harus berjalan kaki menuju sekolah sekitar dua kilometer pp setiap hari. Waktu itu udara masih nyaman dan pepohonan di sepanjang jalan juga rimbun. Tahun 80-an belum ada tol dalam kota.Â