Airmata menderas saat menuliskan kisah ini. Aaahhh ... Kompasiana bisa saja ya buat tema THR yang bikin melow hiiikssss ...Â
Nostalgia suasana Ramadhan masa kecilku sangatlah mengharukan. Kenangan indah bersama Bapa tak terlupakan. Seringkali setiap Ramadhan ku buka kembali Al Quran berumur hampir 40 tahun ini. Walau kertasnya sudah menguning dan beberapa bagian lapuk. Sampul merahnya pun bernoda hitam kena jamur.
Sampul Al Quran merah terang bertuliskan 'Tafsir Quran Karim', ditulis oleh seorang Profesor bernama Mahmud Yunus. Pada lebar pertama ada goresan tulisan tangan Bapa, 'Jakarta, 11 Ramadhan 1402, Hadiah ulang tahun ke 12 bagi Dewi Laily Purnamasari (Neng Ai) tanggal 14 Ramadhan 1402 dari Bapa, dr. Oom Surachman'. Hatiku gemuruh ... Bergemuruh rasa rindu kepada Bapa.Â
Mamah membuatkan kue bolu dengan hiasan sederhana. Kami berbuka puasa dengan makanan ala kadarnya. Bapa sedang sekolah lagi untuk mendapatkan gelas spesialis penyakit kulit di Universitas Indonesia, jadi kami harus hidup bersahaja. Walau demikian kami bahagia, karena Mamah dan Bapa sangat perhatian dan melimpahkan kasih sayang yang tulus. Selalu lembut dan gembira bila bersama anak-anaknya. Bila kami melakukan kesalahan, dinasehati dengan lembut dan kata-kata yang terpilih. Malah didoakan agar menjadi anak baik dan pintar saat kami berbuat nakal.Â
tilawah Al Quran sambil menemani anakku bungsu, Teteh ziyadah dan setoran online kepada Ustadzahnya. Dulu juga saat Kaka dan Mas kecil dan belum merantau untuk belajar di pesantren dan kuliah, mereka akan tilawah bersamaku.
Mataku makin memburam ... airmata masih luruh bersamaan dengan tarian jemari di atas keyboard laptop. Waktu selepas subuh, biasanya akuAl Quran hadiah dari Bapa, selalu menemaniku mengaji. Aku belajar tahsin kepada seoerang guru saat duduk dibangku  SMP - SMA. Juga memakai Al Quran ini hingga aku kuliah.Namun, saat aku menikah suamiku memberi hadiah Al Quran. Aku pun beralih membaca Al Quran dengan yang baru, karena kertas sudah buram dan berwarna kusam.Â
Bapa berprofesi sebagai dokter spesialis kulit di RSUD. Gunung Djati Cirebon. Setiap hari kerja sibuk harus mengurus pasien di rumah sakit atau di tempat praktek pribadi. Walau demikian, kadang sempat juga Bapa menjadi imam shalat di hari libur. Aku ingat, Bapa suka sekali membaca surah Adh Dhuha dan Asy Syarh. Berulang-ulang ... Sampai aku bisa hafal dua surah itu hanya dari mendengar bacaan Bapa waktu menjadi imam shalat. Â Masya Allah ...
Di bulan Ramadhan setelah sahur, Bapa sering aku lihat duduk berlama-lama di mushola keluarga membaca Al Quran. Iseng suatu hari aku sengaja membuka Al Quran yang biasa Bapa baca. Ternyata banyak sekali kertas-kertas bertuliskan tangan sebagai tanda ayat-ayat yang dianggap penting oleh Bapa. Jadi, Bapa tidak hanya tilawah, tapi tadabur Al Quran juga. Buku Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka pun berjejer rapi di rak buku. Kadang aku lihat Bapa juga membacanya.Â
Aku belum serajin Bapa untuk tadabur Al Quran. Tapi selalu berusaha membaca buku-buku yang terkait Al Quran. Koleksiku diantaranya adalah Tadabur ayat-ayat keluarga, berjudul Masuk Surga Sekeluarga, dan Panduan hidup bersama Al Quran Tadabur Al Quran Juz 29-30 karya Bachtiar Nasir. Ada juga buku The Great Strory of Muhammad karya Ahmad Hatta, dan kawan-kawan. Buku Minhajul Muslim, Bulughul Maram, Ensiklopedia Islam, dan Tafsir Ibnu Katsir menjadi rujukan agar semakin mencintai Al Quran.