Mengejar sinar mentari pagi jadi pemicu semangat buat gowes akhir pekan nih. Cuaca memang sedang diliputi mendung kelabu. Terkadang hujan turun tiada henti. Mentari pun sembunyi tak tampak sinar cerah dan hangatnya.
Aku ajak Teteh Maryam Aliyya Al Kindi melepas penat selama liburan gak kemana-mana he3 ... Alhamdulillah saat kami datang suasana tidak begitu ramai. Malah cenderung sepi. Aman lah ya ... Bisa menerapkan jaga jarak dan hindari kerumunan.Â
Oya ... Bagasi mobilku hanya muat dua sepeda lipat, jadi suami meminjam sepeda di TMII yang dikelola oleh koperasi karyawan. Sepedanya bagus dan bersih. Harga sewa perjam murah meriah. Olahraga adalah ikhtiar kami untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran. Mandi sinar matahari jug sangat perlu. Selain makanan bergizi, vitamin, dan selalu menjaga protokol kesehatan.Â
Kami menyempatkan diri masuk ke halaman beberapa anjungan, seperti rumah Minangkabau, Toraja, dan Banjar. Berfoto sambil mengumpulkan nafas he3 ... Gowes dengan memakai masker memang kurang nyaman. Tapi harus loh! Jangan lepas masker ya kecuali sedang minum. Teteh belajar arsitektur tradisional Indonesia yang sangat kaya, beragam, dan indah.
Suku Banjar memiliki rumah adat yang disebut rumah Baanjung. Rumah adat Banjar memiliki ciri khas arsitektur tradisional antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.Â
Idwar Saleh (1984:5) menyebutkan bahwa rumah adat Banjar adalah type-type rumah khas Banjar yang memiliki gaya dan ukirannya tersendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada umumnya rumah adat Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama.
Rumah adat Minangkabau di sebut rumah Gadang. Rumah adat itu dapat dikenali dari tonjalan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Yang Maha Esa. Gojong (tonjolan) biasanya berjumlah 4-7 buah. Keunikan arsitektur rumah adat Gadang yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk.Â
Di depan rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang. Bangunan itu digunakan untuk menyimpan padi. Ada ruang anjuang di sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Rumah Gadang juga dinamakan sebagai rumah Baanjuang.
Rumah adat Toraja disebut Tongkonan. Asal kata 'tongkon' yang artinya 'duduk bersama-sama'. Tongkonan selalu dibangun menghadap ke arah Utara. Mengapa demikian ? Ternyata Utara adalah sumber kehidupan. Penelitian arkeologis menemukan bahwa orang Toraja berasal dari Yunan, Teluk Tongkin, Cina.Â