'Apa iya ada kebo bule, Bu ? Dari luar negeri ya he3 ...', tanya Teteh saat aku ajak ke Alun-alun Selatan Keraton Solo. 'Bukan kerbau luar negeri Teh, kerbau asli Indonesia. Biasanya memang kerbau berwarna hitam. Nah ... Ini unik loh! Warnanya kulitnya kemerahan dan bulunya cenderung putih,' kataku.
Hari masih pagi, matahari belum juga sepenggalahan naik. Udara segar ditemani angin sepoi. Cocok nih untuk jalan-jalan. Teteh memilih naik becak dari rumah Eyangnya di daerah Danusuman menuju kandang kerbau bule. Tak begitu jauh. Sebenarnya jalan kaki juga paling 10 - 15 menit. He3 ... Tapi tak apalah, naik becak saja. Kan di Jakarta tak ada kendaraan roda tiga yang disebut kereta tak berkuda.
Sesampai di ujung jalan, persis di belakang Pasar ada kandang sederhana saja. Dikelilingi pagar bambu agar kerbau aman dan hanya berkeliaran di sekitar kandang. Tanah di dalam kandang dibiarkan becek, malah ada semacam kolam kecil untuk berkubang. Bau menyengat menyeruak karena kotorannya juga berserakan di dalam kandang. Waaahhh ... Hampir saja Teteh enggan turun dan mendekat.
Aku semangati Teteh. 'Yuk! Turun ... Nanti Teteh bisa kasih makan kerbau bulenya,' bujukku. Teteh mau turun dan membeli seikat kangkung untuk diberikan kepada kerbau bule. Seru sekali acara menyuapi kerbau ini. Supraise juga ... Sepertinya kerbau itu sudah terbiasa mendekati pengunjung yang membawa makanan, seperti kangkung atau sayuran lainnya.
Teteh memang punya minat terhadap hewan. Piaraannya banyak, ada kucing, kelinci, ikan, burung merpati, hamster, dan kura-kura. Kalau jalan-jalan juga senang sekali menunggang kuda, memberi makan domba, kambing dan sapi. Tapi baru kali ini Teteh memberi makan kerbau.Â
Satu ikat ternyata tak cukup. Teteh minta dibelikan lagi seikat kangkung ... Lagi ... Lagi ... Ha3 ... Sepertinya lebih dari lima ikat sudah dibeli Teteh. Alhamdulillah pengalaman ini membuat Teteh punya pengetahuan baru. Jadi kerbau bule ini dahulu, dipelihara oleh Keraton Solo sebagai binatang kesayangan Sultan Pakubuwono ke-2 hadiah dari Bupati Ponorogo pada tahun 1745. Kemudian beranak-pinak hingga sekarang.Â
Kerbau juga memiliki manfaat sebagai alat membajak sawah. Selain itu ada juga yang dimanfaatkan daging dan susunya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H