Sahabat baikku juga meninggal karena stroke. Dia jatuh di kamar mandi dan koma selama empat hari. Karena masa pandemi seperti ini, aku tak bisa takziah. Begitupun satu lagi teman meninggal karena Covid-19. Tak bisa aku mengantarkannya.
Om aku juga meninggal karena sakit perut mendadak. Hanya berobat sebentar di UGD, dua jam kemudian meninggal. Ya Allah ... Begitulah pelajaran hidup dari berbagai peristiwa kehilangan kerabat dan sahabat. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberkahi kesabaran aamiin.
Sebagaimana doa para pemuda dalam kisah al kahfi. Mereka berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa "Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami." Benar adanya urusan kami di tahun mendatang bila tak diberi petunjuk oleh Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa tak akan bisa kami jalani dengan baik.Â
Tak ada liburan keluar kota di akhir tahun. Tak ada kunjungan silaturahim ke rumah orangtua. Bahkan anak-anaku -Kaka dan Mas- yang tinggal di Bandung, karena bekerja dan sedang kuliah pun tak ku jenguk. Sedih ... Pastinya, itu manusiawi sekali. Kangen ... Sangatlah kangen berkumpul bersama keluarga.
Tapi, Kaka dan Mas menguatkanku, bahwa mereka baik-baik saja. Ibu lebih baik di Jakarta saja. Tak perlu ke Bandung. Menjaga kesehatan lebih penting. Baiklah ... Aku merasa lebih tenang.Â
Tantangan wabah pandemi Covid-19 sangatlah besar. Namun Ke-Maha Besar-Mu jauh melebihi itu semua. Bukankah semua yang terjadi di dalam episode kehidupan ini semua telah tertulis di lauh mahfuzh. Ingatlah pertolongan hanya dari Allah Yang Maha Benar lagi Maha Mengetahui. Jadi manusia diharuskan berikhtiar dan berdoa ... Lalu bertawakallah kepada Illahi Rabbi.