Mobil yang aku kendarai menembus hutan yang cukup lebat. Jalan yang tidak terlalu lebar kadang menikung tajam. Tanjakan curam pun tidak sedikit harus dilalui dengan hati-hati. Anakku Teteh Maryam Aliyya Al Kindi yang duduk manis di sebelahku bertanya "Bu ... Kalau nyetir di sini harus -beneran supir- ya ?" Ha3 ... Aku tertawa geli. Iya ... Teteh sering mendengar joke yang aku ucapkan bila kami berdua sedang berkendara dan ada mobil yang berjalan tidak hati-hati atau ugal-ugalan. Kami akan menyebutnya sebagai -supir boongan alias bukan supir beneran- SIM-nya nembak kali ?!
Tiba di lahan parkir yang luas dan tertata rapi, kami pun turun. Bau menyengat menyeruak ... Mmm ... Teteh reflek menutup hidung dengan ujung hilbabnya. "Bau apa nih Bu ?" Aku jelaskan bahwa tempat yang akan dikunjungi di balik pepohonan unik itu adalah Kawah Putih. Danau yang terbentuk  ribuan tahun yang lalu. Ya! Sungguh putih kebiruan dan menebar suasana eksotik-magis. Entahlah ... Aku yang terpesona dengan keindahan ciptaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa terus menerus melantunkan dzikir ... Masya Allah.
Kandungan belerang yang tinggi membuat udara di kawasan ini memang berbau menyengat. Konon kisah meletusnya gunung Patuha menyebabkan kawasan Kawah Putih dianggap angker. Iiihhh ... Ada- ada saja cerita seram yang beredar dari mulut ke mulut. Seperti cerita tentang burung-burung yang mati bila terbang di atas kawasan ini. Namun, kini kawasan Kawah Putih adalah tempat wisata yang terkenal di Bandung Selatan.Â
Walaupun sudah dibuka untuk umum dan tidaklah lagi seseram masa lalu, namun sebagai pengunjung yang baik hendaklah tetap menjaga sopan santun di kawasan ini. Jangan membuang sampah sembarangan dan jangan berbicara kotor atau sombong. Perbanyaklah menyebut asma Allah karena tafakur alam akan bermanfaat bagi diri kita agar semakin mengenal Illahi Rabbi yang menciptakan alam semesta ini.
Di tepi Kawah Putih tumbuh pohon unik yang sebagian tinggal pokok, batang dan rantingnya saja -tanpa daun hijau sedikitpun. Hasil jepretan kamera telepon genggam suamiku ternyata lumayan keren, he3 ... Pohon Cantigi tumbuh juga di atas Kawah Putih dan rimbun dedaunannya.Â
Bisa jadi pohon yang mati ini karena tidak cukup unsur hara atau terlampau tinggi kandungan mineralnya. Sssttt ... Bila ada ahli biologi di Kompasiana, bolehlah berbagi ilmunya di sini.
Sebelum meninggalkan Kawah Putih, Teteh dan aku berlomba melempar batu ke tengah danau. Asyiknya permainan ini membuat Teteh betah berlama-lama di sini. Selain udaranya memang sejuk ditambah angin semilir yang nyaman, Alhamdulillah kami disuguhi langit biru cerah yang indah. Aku ajak Teteh mengakhir permainan dan kembali ke mobil.Â