Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Merdeka

17 Agustus 2017   08:31 Diperbarui: 18 Agustus 2017   02:29 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuh belas Agustus tahun empat lima. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia.

Merdeka! 

Sekali merdeka tetap merdeka. Selama hayat masih dikandung badan. Kita tetap setia, tetap sedia, mempertahankan Indonesia. Kita tetap setia, tetap sedia, membela negara kita.

Alhamdulillah puji syukur aku panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Berkat rahmat-Nya, karunia-Nya, kasih sayang-Nya, dan kemurahan-Nya, Indonesia sampai pada hari ini. Tujuh puluh dua tahun lalu proklamasi kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan. 

Perjuangan belum usai. Masa depan Indonesia ada di tangan kita sekarang dan anak-cucu kita nanti. Sejatinya sebagai bangsa yang bangga akan negaranya, maka mengisi kemerdekaan dengan segala kebaikan adalah sebuah keniscayaan. Kebaikan sebagai manusia yang beriman kepada Rabbnya tentu dengan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sebagai manusia yang berakhlak mulia  tentu akan menjadikan Muhammad Rasulullah sebagai suri teladan dalam menjalankan hubungan dengan sesama. 

Santun dalam berbicara termasuk di dalamnya menuliskan pemikiran dan pendapat di media sosial. Sopan dalam berlaku dikeseharian dengan sesiapa saja, tanpa membedakan agama, ras, suku, bahasa, juga latar belakang. Adil dalam memenuhi hak oranglain dan menjalankan kewajiban sebagai warganegara. Jujur bertindak sebagai tanda bertanggung jawab terhadap amanah yang telah diberikan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi, manusia adalah khalifah di bumi. Maka jadilah manusia yang bermartabat dengan terus menggenggam erat kepatuhan kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bangsa ini perlu energi positif. Bangsa ini perlu dorongan semangat. Bangsa ini perlu kerja nyata. Bangsa ini perlu tegak di kaki sendiri. Bukankah telah Allah Yang Maha Kaya dan Maha Bijaksana limpahkan sumber daya tiada terkira di bentang zamrud khatulistiwa ? Lalu, mengapa lalai bersyukur ? Bagaimana mungkin dengan laut yang membentang dan berisi bermacam ragam hasil bumi, juga gunung, tanah, sungai, danau, hutan, hewan, tumbuhan, serta keindahan alamnya negara ini tiada punya daya ? Manusianya ... ya! Benar, manusia sebagai sentral dari perjalanan sebuah bangsa dan negaralah yang harus mengelola semua itu dengan sebaik-baiknya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Foto Masjid Agung Batu Malang

Manusia Indonesia yang mengamalkan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan pencipta dirinya juga bumi dan segala isinya, alam semesta, juga hari akhir. Allah Yang Maha Suci lagi Maha Adil tentu harus dengan sungguh-sungguh ditaati. Aturannya dalam kitab suci harus sungguh-sungguh menjadi pedoman hidup dan peta jalan kehidupan. Bila ada perintah jalankan, bila ada larangan tinggalkan. 

Insya Allah bila manusia Indonesia telah sungguh-sungguh menjadi hamba-Nya yang bertaqwa, maka sila berikutnya dalam Pancasila akan terlaksana juga dengan baik. Aamiin ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun