Hari Sabtu tanggal 4 Juni 2011 serentak seluruh SMP baik negeri maupun swasta di Indonesia mengumumkan kelulusan anak didik kelas 9. Di Jakarta tepatnya di SMP Islam PB. Soedirman dilakukan pengumuman via pos. Pengumuman yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah Drs. H. Nur Alam, MA membuat hati seluruh anak didik beserta orangtuanya gembira dan bangga. Sekolah RSBI di kawasan Cijantung Jakarta Timur ini meluluskan 100% anak didiknya pada tahun ajaran 2010/2011. Kertas pengumuman berwarna hijau muda berisikan nama dan nomor UN anak didik serta pernyataan lulus, nilai UN dan nilai US. Empat mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA. Nilai tertinggi di peroleh Canitra Ilham Adirespati dengan nilau UN 38,7, nilai US 35,98 dan nilai Akhir 37,6. (Perpisahan kelas 9 SMP Islam PB. Soedirman (RSBI) Cijantung Jakarta Timur) Salah seorang anak didik bernama Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi mendapat nilai UN 34,5 dan nilai US 33,43, sehingga di dapat nilai Akhir 34 dengan rata-tara nilai Akhir 8,5. Ibrahim mengetahui dirinya berada di urutan ke 51 untuk nilai UN dan nilai US berada diurutan 47 dari 223 peserta UN dan US. Adapun perolehan nilainya adalah Bahas Inggris 9,4, IPA 8,75, Matematika 8,5 dan Bahasa Indonesia 7,8.
[caption caption="dok pribadi"][/caption]
Menurut Ibarahim ikhtiar telah dijalankan, doa telah dipanjatkan, hasil telah didapatkan. "Alhamdulillah ..." ujarnya senang. Hasil UN dan US anak didik tentu tidak terlepas dari kerja cerdas dan profesional serta amanah dari Kepala Sekolah, guru bidang studi, wali kelas dan staf di lingkungan sekolah. Ibrahim mengatakan bahwa proses pendidikan di sekolahnya tidak melulu berorientasi pada nilai UN saja. Namun selama enam semester dia telah menjalankan berbagai program seperti evaluasi setiap semester, scientific research and oral examination, observasi di Balitnak dan Botanical Garden Bogor, try out sebanyak delapan kali untuk persiapan UN, manasik haji di asrama haji Pondok Gede, pumping students plus achievement and motivation training (to encourage and enhance moral, spirit,and selft confidence of each student), ujian sekolah (teori dan praktek serta ujian khusus membaca Al Quran), lalu diakhir dengan ujian nasional. Drs. H. Nur Alam, MA sebagai Kepala Sekolah mengatakan keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari karunia dan berkah dari Allah SWT yang telah memudahkan jalan bagi terselenggaranya seluruh rangkaian program yang telah ditetapkan. Begitupun Ketua Pembinan Yayasan Yasma PB. Soedirman H.KRMH Soerjo Wirjohadipoetro Letnan Jenderal TNI (purn) TNI ADmenyebutkan misi yayasan adalah menjadi yayasan yang bermutu dan islami berwawasan global yang dilandasi dengan iman dan taqwa dalam membentuk manusia mandiri dan masyarakat madani yang mampu menghadapi perkembangan zaman. Pengurus Harian yayasan H. Chalid Karim Leo, SH,Msc,MPd,MM Mayor Jenderal (purn) TNI AD menyampaikan pesan bahwa bekal terpenting untuk menghadapi hidup di era global yang penuh kompetitif tersebut, di samping harus perpendidikan tinggi, juga harus dibarengi dengan memiliki akhlaqul karimah, sesuai dengan salah satu dari seven values SMP Islam PB. Soedirman, yaitu first in Islamic moral and academic achievement. Apresiasi juga disampaikannya kepada anak didik kelas 9 yang telah belajar keras, cerdas, berkualitas, dan penuh ikhlas di sekolah ini, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dalam waktu dua tahun untuk kelas akselerasi dan tiga tahun untuk non-akselerasi. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada guru, karyawan dan orangtua peserta didik yang telah membimbing, mendidik, memfasilitasi, dan memberikan support kepada mereka sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya dengan penuh rasa aman, nyaman, menyenangkan, menantang, dan bermutu. Drs H. Agus Rukmana, MPd salah seorang pengurus yayasan memberikan pesan kepada anak didik bahwa dengan telah selesainya masa pendidikan di jenjang SMP (berarti jenjang pendidikan dasar sembilan tahun), kita harus bersyukur dan tetap mengamalkan ilmu yang telah dimiliki dengan selalu menjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ia menambahkan anak harus tetap diingatkan agar menjaga shalat lima waktu dan selalu membaca Al Quran, menjaga nama baik almamater dan selalu dekat dengan bapak ibu guru, tetap menjauhi dan menghindari perbuatan maksiat, narkoba, dan akhlaq yang kurang terpuji, serta menghormati kedua orangtua dan bapak/ibu guru agar mendapat ridhonya. Ketua komite Hj. Meuthia Heilma, SE.MM berpesan capilah ilmu setinggi langit dan pandai-pandailah memanfaatkan kesempatan yang ada, dan ingat kesampatan hanya ada satu kali dan tak akan terulang. Artinya, mumpung kalian mempunyai orangtua yang mampu untuk menyekolahkan, maka pergunakanlah kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya dan jangan disia-siakan. Ilmu itu akan menjaga dirimu, sedangkan harta akan membuat dirimu lelah untuk menjaganya. Orang yang berharta akan mati sedangkan orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan selalu dimuliakan Allah SWT bila ia dapat mengamalkan ilmunya dengan baik ke arah kebajikan, sehingga terus hidup di dalam diri generasi penerusnya. Jika kita hanya mengandalkan UN dalam menilai proses belajar, maka akan sia-sia. Bukankah UN hanya menilai empat mata pelajaran tanpa melihat proses. Kelulusan anak didik di tingkat pendidikan dasar sembilan tahun seharusnya dapat memberikan gambaran seutuhnya tentang proses belajar mereka. Lebih penting lagi! Mampukan UN menilai karakter anak didik ? Jika hanya mengandalkan nilai UN dan US serta nilai Akhir, tak akan ada nilai karakter di dalamnya. Bukankah yang ditanyakan adalah soal-soal akademik ? Lalu, dimana letak penilaian karakter anak didik ? Bukankah karakter sangat penting dalam proses belajar dan keberhasilan hidup seseorang. Karakter yang baik (akhlaqul karimah) saat ini sangatlah dibutuhkan. Jadi, seharusnya selain nilai UN, nilai US, dan nilai Akhir harus ada laporan nilai karakter anak didik yang diberikan dalam deskripsi yang jelas dari pihak sekolah kepada orangtua. Misalnya bagaimana kejujuran anak didik ? Sopan santun, jiwa sosial, kepemimpinan, spritualitas, kedisiplinan, semangat kerja keras dan sebagainya penting diperhatikan dan menjadi jawaban atas berbagai persoalan bangsa ini. Sepuluh tahun lagi mereka adalah calon pemimpin muda negeri ini, duapuluh tahun lagi mereka sudah seharusnya menjadi pemimpin puncak di berbagai bidang kehidupan negara kita tercinta. Kesimpulannya : 'UN saja tidak cukup! Harus ada ujian yang terintegrasi yang mampu memberikan penilaian tentang karakter dari anak didik'. Ini pekerjaan besar kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H