Mohon tunggu...
Dewi Kurniasari
Dewi Kurniasari Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pembelajar sejati : suka belajar dan berbagi agar senantiasa bertumbuh dan bermakna. Learning - Sharing - Growing - Meaning

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intensi Harian

29 November 2012   01:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah Anda merasa bingung dengan apa yang akan dilakukan? Tidak fokus dalam melaksanakan pekerjaan, atau bahkan jadi merasa serba salah? Pernahkan Anda mengevaluasi diri, ternyata banyak tugas yang tidak tuntas? Cenderung menunda-nunda pekerjaan dan semakin hari semakin banyak pekerjaan yang bertumpuk? Bagaimana caranya supaya kita bahagia dalam melaksanakan sesuatu, tetap tersenyum dan bergembira walau sedang dikejar deadline?

Kalau mau jujur, saya pernah mengalaminya. Bahkan sering. Sampai suatu waktu saya mendapat ilmu yang disebut intensi harian.Intensi yang berasal dari kata intention, adalah ekspresi dari keinginan yang paling dalam atau maksud di balik perilaku atau outcome (tujuan) tertentu. Dalam bahasa sederhananya, intensi dikenal juga sebagai NIAT. Intensi merupakan nilai yang menuntun bagaimana kita berperilaku dalam rangka mencapai tujuan.

Intensi harian adalah niat yang diucapkan setiap pagi sesaat setelah berdoa bangun dari tidur. Jika perlu sudah disiapkan malam hari sebelumnya dan dituliskan. Ucapkan intensi harian atau bacakan dengan sepenuh hati, maka niat yang diucapkan itu selain terpatri dalam hati juga akan masuk ke unconscious mind (pikiran bawah sadar) juga.

Seperti apa sih, kalimat intensi yang baik itu? Syarat utama agar intensi yang diucapkan bermanfaat dalam mengarahkan perilaku ke arah yang kita inginkan adalah intensi itu harus sesuai dengan tujuan hidup kita. Syarat lainnya, sebagaimana uraian berikut :

1.Berdasarkan kesukarelaan melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu dan merupakan komitmen pribadi.

2.Hindari penggunaan kata-kata seharusnya, sebaiknya, terpaksa, tetapi, dan mau tidak mau.

3.Nyatakan dalam keterangan waktu kini.

4.Tentang diri Anda dan bukan tentang orang lain, atau dinyatakan atas nama dan untuk orang lain.

Masih bingung? Berikut saya berikan contoh. Salah satu tujuan saya adalah menjadi people developer, maka intensi harian saya dinyatakan dengan kalimat :

Intensi saya hari ini adalah meyakini kemampuan diri dalam membantu orang lain mengembangkan dirinya, baik melalui proses training, coaching, counseling, mentoring, maupun therapy.

Saya berkomitmen untuk membuat skala prioritas dalam melaksanakan pekerjaan kantor dan membantu sesama.

Saya ingin hidup dengan tenang, bahagia dan bermanfaat bagi banyak orang.

Pada saat saya mau mendeliver materi dalam training, saya sesuaikan intensi saya menjadi :

Intensi saya hari ini adalah meyakini kemampuan diri untuk menyampaikan materi dengan jelas dan suasana yang menyenangkan.

Saya berkomitmen untuk melaksanakan tugas dengan fokus, penuh totalitas, dan memberikan yang terbaik pada peserta.

Saya ingin menghidupkan suasana kelas dengan penampilan terbaik, penuh semangat dan antusias.

Pada saat saya menjadi peserta training, maka intensi saya bisa sebagai berikut :

Intensi saya hari ini adalah menimba ilmu dengan perasaan gembira dan bahagia.

Saya berkomitmen untuk menyerap apapun yang disampaikan trainer dan menambahkan dalam kompetensi saya.

Saya ingin menikmati proses pembelajaran, sehingga materinya terinternalisasi dalam diri saya.

Jadi, intensi kita akan berbeda setiap hari, tergantung apa yang akan kita lakukan pada hari itu.

Dengan diucapkannya intensi tersebut dan melakukannya secara terus menerus, maka kita memberi perintah kepada unconscious mind kita. Kekuatan pikiran bawah sadar ini sangat luar biasa, sehingga secara otomatis akan mengarahkan perilaku kita pada tujuan yang telah kita tetapkan.

Lakukan hal ini setiap hari, sehingga tanpa sadar perilaku kita senantiasa terarah sesuai dengan intensi kita. Untuk pertama kali, lakukan secara terus-menerus tanpa terputus selama 21 hari. Mengapa 21 hari? Karena menurut hasil penelitian, suatu kegiatan yang dilakukan secara kontinyu selama 21 hari akan menjadi kebiasaan. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan pada paragraf pertama di atas tak akan terjadi lagi pada diri kita. Ok, selamat membuat pernyataan intensi harian dan selamat bertumbuh J

Referensi (dengan ijin tertulis dari Coach Erni) :

1.Materi workshop “Applicable NLP for Coaching & Counseling Skills” yang dipandu oleh Ibu Erni Julia Kok, SE, MM

2.Erni Julia Kok, The Ultimate Question, Enerjik Kharisma, Surabaya, 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun