Mohon tunggu...
Dewi Iriani
Dewi Iriani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya adalah diri saya, yang suka belajar, suka menulis. Sahabat yang baik membuat saya bahagia. Saya suka berteman. Teman bagi saya adalah aset, ia juga inspirasi sekaligus teman berbagi, terutama berbagi ilmu. Indahnya hidup jika mempunyai banyak teman - teman yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Delisa dan Naskah Novelku

15 Desember 2011   02:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa Delisa?Delisa itu adalah tokoh utama dalam novel karya Tere Liye yang sebentar lagi filmnya beredar. Lho, apa hubungannya dengan naskah novelku? Ada!

Kemarin malam aku dibuat panik. Naskah novelku yang 120 halaman hilang dari data di komputer. Otomatis aku khawatir dalam. Pertama, novel itu akan aku kirimkan besok Karena lusa adalah deadline-nya. Kedua, itulah adalah novel remaja yang pertama kali aku buat. Idenya cukup unik. Walau bahasanya agak naratif.Ketiga, aku hanya membuat novel itu tiga hari jadi. Tapi mengeditnya yang cukup lama, kurang lebih satu bulan.

Apa yang kurasakan saat itu adalah kesal, marah, benci, ingin teriak keras. Tetapi tiba-tiba aku ingat Delisa. Delisa itu anak kecil yang hebat. Kekuatan batinnya luar biasa. Ia ditempa banyak musibah. Tapi ia menerimanya dengan ikhlas. Tanpa marah, tanpa protes, Pun ketika kakinya harus diamputasi.

Aku? Saat aku sudah berusaha mencari pada recycle bin, pada recent document, pada folderku yang kubuka satu-satu dan tak ada, aku langsung putus asa. Aku merasa dunia runtuh, aku benci menulis lagi. Buat apa, toh jadinya sia-sia belaka.

Makanya itu tulisan terpanjang yang pernah kutorehkan. Dibuat dengan sepenuh perjuangan karena aku hanya punya setengah jam setiap harinya untuk mengeditnya di tengah tulisanku yang harus kejar deadline juga. Aku benar-benar marah. Tapi kutujukan buat siapa. Doa yang khusyu dalam hati agar naskahku ditemukan, menguap tak berbekas. Apa yang Tuhan rencanakan? Tidakkah Dia tahu, kalau ini sangat berarti bagiku?

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Mengapa mesti Tuhan yang disalahkan? Mengapa tidak berkaca kalau sebenarnya aku itu sangat lalai. Mungkin naskah itu tanpa sengaja aku delete.

Oh Tuhan, bagaimana aku bisa menghilangkan sakit hati ini. Dan kasus ini bukan yang pertama kalinya. Beberapa naskahku dan novel yang sudah selesai hilang tak berbekas. Aku memang tidak punya back up lagi. Kedua flash disk-ku sudah penuh memorinya.

Teringat Delisa lagi. Teringat bagaimana cara ia bersikap menghadapi tiap masalah yang menimpanya. Jadi malu hati. Ternyata aku masih harus diajari oleh seorang anak kecil usia enam tahun, tokoh fiktif pula. Aku malu.

Lalu aku menerima kenyataan, memompa kembali semangat. Dan aku yakin akan ada hikmah di balik kejadian ini. Aku yakin demikian. Karena aku percaya Tuhan sangat sayang padaku.

Terimakasih untuk anak lelaki kebanggaanku yang telah bersedia bangun dari tidur dan membantu mencari file-ku di komputer. Terimakasih untuk mas Budi yang kuganggu dari aktivitasnya untuk membantu mengotak-atik komputerku. Dan terimakasih untuk Delisa yang padanya aku sudah belajar banyak.

Ujungberung, 13 Desember 2011

Inilah novel yang menginspirasiku:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun