Perdagangan memiliki dampak yang kompleks terhadap kestabilan politik di *Arabia Pra-Islam*. Meskipun perdagangan membawa kemakmuran dan memperluas hubungan internasional, ada beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan:
1. *Fanatisme Kesukuan dan Peperangan Antar Suku*:
  - *Sistem politik di wilayah Arab pra-Islam* didasarkan pada *sistem otonomi* dan *identitas suku*. Masing-masing suku memiliki kepentingan sendiri dan sering bersaing dengan suku lain. Fanatisme kesukuan dan persaingan ini dapat menyebabkan konflik dan peperangan yang mengganggu stabilitas politik.
  - *Peperangan antar suku* seringkali dipicu oleh rasa solidaritas dan fanatisme internal suku. Meskipun perdagangan menghubungkan berbagai suku, konflik tetap muncul akibat perbedaan kepentingan dan identitas.
2. *Keterbatasan Perkembangan Budaya dan Peradaban*:
  - Meskipun letak geografis semenanjung Arab berada di antara dua imperium besar (Romawi dan Persia), wilayah Arab tetap berada pada posisi netral dan terbebas dari pengaruh dua kerajaan besar tersebut.
  - Namun, *budaya dan peradaban Arab tidak berkembang sepesat wilayah lai* yang memiliki kepemimpinan sentral. Keterbatasan ini dapat memengaruhi stabilitas politik karena ketidaksetaraan dalam perkembangan sosial dan budaya.
3. *Kondisi Ekonomi yang Rentan*:
  - Meskipun perdagangan membawa kemakmuran, kondisi ekonomi masyarakat Arab tidak selalu stabil. Peperangan dan persaingan antar suku dapat menghancurkan ekonomi dan mengakibatkan kemiskinan dan kelaparan.
  - Beberapa kafilah dagang Arab bahkan memilih bermusafir ke wilayah lain untuk mencari peluang ekonomi yang lebih baik.
4. *Ketergantungan pada Sistem Kesukuan*: