Sinopsis Film The Wind Rises
"Cinta, Kehilangan, Cita-cita, dan Moralitas"
The Wind Rises adalah film animasi karya Hayao Miyazaki dari Studio Ghibli, yang dirilis pada tahun 2013. Film ini menceritakan perjalanan hidup Jiro Horikoshi, seorang insinyur penerbangan Jepang. Jiro memiliki mimpi untuk menciptakan pesawat yang indah di tengah masa perang dunia. Film ini berlatar belakang Jepang sebelum Perang Dunia II dan mengangkat tema mimpi, cinta, kehilangan, serta moralitas.
Film dimulai dengan Jiro kecil yang bercita-cita menjadi pilot. Namun, ia menyadari bahwa cita-cita tersebut sulit tercapai karena masalah penglihatan. Dalam mimpinya di menit ke-5, Jiro bertemu dengan Caproni, seorang insinyur asal Italia. Percakapan mereka menjadi motivasi awal Jiro untuk menciptakan pesawat. "Pesawat adalah ciptaan indah, tapi pesawat juga bisa membawa kehancuran.Â
Apa yang akan kamu pilih, Jiro?" tanya Caproni. Jiro menjawab, "Aku ingin membuat sesuatu yang membawa kebahagiaan."
 Saat dewasa, Jiro memutuskan menjadi insinyur penerbangan. Di menit ke-15, ia membantu orang-orang saat terjadi Gempa Besar Kanto pada tahun 1923. Di sinilah ia bertemu dengan Naoko, seorang perempuan muda yang ia selamatkan dari bahaya. "Terima kasih sudah membantu kami," ucap Naoko. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan kalian selamat," balas Jiro dengan khawatir.
Beberapa tahun kemudian, Jiro bertemu lagi dengan Naoko di sebuah penginapan (pada menit ke-35). Mereka berbincang tentang masa lalu dan mimpi-mimpi mereka. Naoko berkata, "Aku ingat kamu. Kamu yang menolongku saat gempa." Jiro menjawab, "Dan sekarang aku bersyukur kita bertemu lagi."
Jiro mulai bekerja di Mitsubishi dan diberi tugas merancang pesawat tempur. Pada menit ke-45, Jiro berdiskusi dengan teman kerjanya, Honjo, tentang teknologi penerbangan. "Kita menciptakan mesin perang. Apakah kamu tidak merasa bersalah?" tanya Honjo. Dengan nada serius, Jiro menjawab, "Aku ingin membuat sesuatu yang indah. Tetapi dunia ini tidak sempurna."
Hubungan Jiro dan Naoko berkembang menjadi kisah cinta yang mendalam. Di menit ke-60, Jiro melamar Naoko meskipun ia tahu bahwa Naoko menderita penyakit menular. "Aku tahu kamu sakit, tapi aku ingin kita menghadapi semua ini bersama," ujar Jiro. Dengan nada sedih, Naoko menjawab, "Aku takut jika menjadi beban untukmu." Namun, Jiro meyakinkan, "Kamu adalah alasan aku ingin terus maju."
Naoko memilih tinggal di sanatorium, tetapi ia tetap mendukung Jiro dengan sepenuh hati. Di menit ke-85, mereka berbicara tentang masa depan meskipun waktu mereka terbatas. "Aku mungkin tidak bisa bersamamu lama lagi," kata Naoko dengan sedih. Namun, Jiro menjawab optimis, "Tidak, kita akan bersama selama yang kita bisa."
Pesawat rancangan Jiro, Mitsubishi Zero, akhirnya sukses. Namun, pada menit ke-100, Jiro merasa bersalah karena pesawat tersebut digunakan untuk perang. Dalam percakapan dengan Honjo, Honjo berkata, "Pesawat buatanmu luar biasa, Jiro." Namun, Jiro dengan wajah merenung menjawab, "Tapi aku tidak yakin, apa semua yang aku lakukan ini benar."
Film berakhir dengan Jiro yang kembali bertemu Caproni dalam mimpinya pada menit ke-120. Caproni berkata, "Kamu telah menjalani hidup yang baik, meskipun dunia ini penuh dengan tragedi menyeramkan." Jiro menjawab dengan harapan, "Aku harap pesawatku membawa kebahagiaan, bukan kehancuran."