Mohon tunggu...
Dewi Fitriyani
Dewi Fitriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret

Saya adalah seorang Mahasiswa Program Studi Matematika di Universitas Sebelas Maret yang memiliki hobi menonton film

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kisah Banjir Terburuk dalam 75 Tahun di Dubai

8 Mei 2024   09:50 Diperbarui: 8 Mei 2024   10:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banjir merupakan sebuah peristiwa alam yang terjadi ketika air melimpah dan meluap ke daratan secara tiba-tiba. Penyebab utama banjir bervariasi, namun banjir biasanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, terutama di daerah perkotaan yang memiliki system drainase yang kurang efektif. Selain itu, perubahan iklim juga dapat memperparah kondisi banjir dengan meningkatkan intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan badai. Selain factor alam, faktor manusia seperti perubahan fungsi lahan, deforestasi, serta pembangunan di daerah aliran sungai dapat mengubah pola aliran air dan menghambat kemampuan alam untuk menyerap air hujan. 

Pada Senin, 15 April 2024 Dubai diguyur hujan ringan dengan curah hujan rendah sebanyak 20 milimeter, namun pada Selasa, 16 April 2024 curah hujan meningkat menjadi 250 milimeter, hal ini menyebabkan terjadinya banjir yang baru-baru ini terjadi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Banjir ini tentu saja cukup mengejutkan banyak orang di seluruh belahan di dunia. Mengapa demikian? Karena Dubai dikenal sebagai negara gersang di Semenanjung Arab yang hanya memiliki dua musim, yaitu musim dingin dan musim panas. Hujan deras yang terjadi pada hari Selasa (16/04/2024) tersebut menjadi peristiwa cuaca bersejarah dan terburuk dalam 75 tahun terakhir. Selain itu, Dubai merupakan salah satu kota metropolitan yang terkenal dengan kemajuan infrastruktur dan teknologinya.

Banjir melanda Dubai hingga melumpuhkan Bandara Internasional Dubai yang merupakan bandara tersibuk kedua di dunia. Bandara tersebut harus menghentikan operasi selama 25 menit. Mulai hari Selasa sampai Kamis (18/04/2024) terdapat kurang lebih 400 penerbangan yang terpaksa dibatalkan dengan penundaan penerbangan dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Selain berdampak di bandara, beberapa kawasan bisnis, terowongan, dan jalan raya Sheikh Zayed Road 12 juga ikut terendam banjir. Lebih dari 20 orang tewas dalam badai yang melanda sebagian wilayah Teluk.

Namun, dalam kejadian ini muncul sebuah teori yang diungkapkan oleh ahli meteorologi, Ahmed Habib, beliau mengungkapkan bahwa hujan deras yang terjadi di Dubai disebabkan oleh cloud seeding. Hebib menyebut ada 6 pilot yang diterbangkan untuk menyemai awan dan menurunkan hujan. Meskipun begitu, Wakil Direktur Jenderal National Centre of Meteorology (NCM), Omar Al Yazeedi, membantah bahwa ada campur tangan cloud seeding dalam banjir Dubai. Omar menambahkan bahwa organisasinya tak melakukan cloud seeding selama hujan deras dan badai melanda UEA. NCM mengatakan bahwa pihaknya telah melacak curah hujan lebat yang dating tetapi tidak menargetkan awan apapun apapun selama periode tersebut. Mereka menghubungkan badai tersebut dengan curah hujan alami. 

Cloud seeding alias penyemaian awan adalah teknologi modifikasi cuaca yang dikembangkan oleh UEA. Pemerintah mengembangkan teknologi cloud seeding dikarenakan UEA merupakan negara gurun dengan iklim panas dan digunakan untuk menurunkan hujan. Eksperimen mengenai modifikasi awan untuk menurunkan hujan ini pertama dicetuskan pada tahun 1940-an dan pertama kali diterapkan di UEA pada tahun 1990-an dan membuat mereka menjadi negara Timur Tengah pertama yang menggunakan metode ini.

Ditengah kekacauan yang terjadi di Dubai tersebut, tingkah laku masyarakat Dubai menjadi sorotan dunia. Hal itu dikarenakan banyaknya warga Dubai yang menggunakan berbagai properti mewah saat banjir yang terjadi. Contohnya, banyak yang menggunakan speedboat, mobil mewah, bahkan kapal untuk menghindari banjir. 

 Tindakan menggunakan properti mewah di tengah banjir di Dubai adalah contoh yang mencolok dari ketidakpedulian sosial dan ketidaksetaraan ekonomi yang memprihatinkan. Memiliki kemampuan untuk hidup mewah di tengah-tengah penderitaan orang lain menunjukkan ketidaksensitifan terhadap kondisi sosial dan kurangnya empati terhadap mereka yang menderita akibat bencana alam. Sebagai masyarakat, kita harus lebih memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan bersama, daripada hanya fokus pada kepentingan pribadi.

Kejadian banjir di daerah gurun yang mungkin terdengar tidak lazim ini menunjukkan bahwa diperlukan kesiapsiagaan dan rencana darurat yang lebih baik dalam menghadapi bencana alam yang tidak biasa. Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan sangat penting. Lanskap alami kota ini telah berubah seiring dengan pembangunan yang pesat dan ekspansif. Salah satunya adalah sistem drainase alami yang biasanya menyerap air hujan. Kurangnya area hijau dan penggunaan material pembangunan yang tidak ramah lingkungan juga dapat memperburuk banjir. Akibatnya, untuk membuat kota-kota seperti Dubai lebih tahan terhadap banjir di masa depan, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan tentang metode pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan.

 Banjir yang terjadi di Dubai ini bukan hanya memberi peringatan tentang pentingnya mengurangi risiko dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim, tetapi juga menjadi peluang untuk memperkuat kerja sama antara bisnis pemerintah dan swasta untuk menemukan solusi yang berkelanjutan. Mengurangi risiko banjir di masa depan dapat dicapai melalui investasi dalam sistem drainase yang lebih efisien, penggunaan teknologi pemantauan cuaca yang lebih akurat, dan mendorong gaya hidup berkelanjutan. Dubai dan kota-kota lain di seluruh dunia dapat membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan dengan belajar dari banjir ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun